GOLD PRICE IS IN YOUR HAND!!

Unduh gratis aplikasi pemantau harga emas kami, untuk pengguna BlackBerry klik http://www.salmadinar.com/ota dan pengguna Android klik http://www.salmadinar.com/android langsung dari device Anda

24hr Gold Dinar Chart

24hr Gold Dinar Chart

Rabu, 22 Juli 2009

Tujuh Indikator Kebahagiaan Dunia


ibnu Abbas ra. adalah salah seorang sahabat Nabi SAW yang sangat telaten dalam menjaga dan melayani Rasulullah SAW, dimana ia pernah secara khusus didoakan Rasulullah SAW, selain itu pada usia 9 tahun Ibnu Abbas telah hafal Al-Quran dan telah menjadi imam di mesjid. Suatu hari ia ditanya oleh para Tabi'in (generasi sesudah wafatnya Rasulullah SAW) mengenai apa yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia. Jawab Ibnu Abbas ada 7 (tujuh) indikator kebahagiaan dunia, yaitu :

Pertama, Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur.

Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona’ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur sangatlah cerdas memahami sifat-sifat Allah SWT, sehingga apapun yang diberikan Allah ia malah terpesona dengan pemberian dan keputusan Allah. Bila sedang kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulullah SAW yaitu : "Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita". Bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Bila ia tetap “bandel” dengan terus bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Maka berbahagialah orang yang pandai bersyukur!

Kedua. Al azwaju shalihah, yaitu pasangan hidup yang sholeh.

Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang sholeh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam keluarga) akan diminta pertanggungjawaban dalam mengajak istri dan anaknya kepada kesholehan. Berbahagialah menjadi seorang istri bila memiliki suami yang sholeh, yang pasti akan bekerja keras untuk mengajak istri dan anaknya menjadi muslim yang sholeh. Demikian pula seorang istri yang sholeh, akan memiliki kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa dalam melayani suaminya, walau seberapa buruknya kelakuan suaminya. Maka berbahagialah menjadi seorang suami yang memiliki seorang istri yang sholeh.

Ketiga, al auladun abrar, yaitu anak yang soleh.

Saat Rasulullah SAW lagi thawaf. Rasulullah SAW bertemu dengan seorang anak muda yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya kepada anak muda itu : "Kenapa pundakmu itu ?" Jawab anak muda itu : "Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya". Lalu anak muda itu bertanya: " Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua ?" Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: "Sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu". Dari hadist tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bisa memulainya dengan menjadi anak yang soleh, dimana doa anak yang sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah kita bila memiliki anak yang sholeh.

Keempat, albiatu sholihah, yaitu lingkungan yang kondusif untuk iman kita.

Yang dimaksud dengan lingkungan yang kondusif ialah, kita boleh mengenal siapapun tetapi untuk menjadikannya sebagai sahabat karib kita, haruslah orang-orang yang mempunyai nilai tambah terhadap keimanan kita. Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang yang sholeh. Orang-orang yang sholeh akan selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan kita bila kita berbuat salah. Orang-orang sholeh adalah orang-orang yang bahagia karena nikmat iman dan nikmat Islam yang selalu terpancar pada cahaya wajahnya. Insya Allah cahaya tersebut akan ikut menyinari orang-orang yang ada disekitarnya. Berbahagialah orang-orang yang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang sholeh.

Kelima, al malul halal, atau harta yang halal.

Paradigma dalam Islam mengenai harta bukanlah banyaknya harta tetapi halalnya. Ini tidak berarti Islam tidak menyuruh umatnya untuk kaya. Dalam riwayat Imam Muslim di dalam bab sadaqoh, Rasulullah SAW pernah bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. "Kamu berdoa sudah bagus", kata Nabi SAW, "Namun sayang makanan, minuman dan pakaian dan tempat tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doanya dikabulkan”. Berbahagialah menjadi orang yang hartanya halal karena doanya sangat mudah dikabulkan Allah. Harta yang halal juga akan menjauhkan setan dari hatinya, maka hatinya semakin bersih, suci dan kokoh, sehingga memberi ketenangan dalam hidupnya. Maka berbahagialah orang-orang yang selalu dengan teliti menjaga kehalalan hartanya.

Keenam, Tafakuh fi dien, atau semangat untuk memahami agama.

Semangat memahami agama diwujudkan dalam semangat memahami ilmu-ilmu agama Islam. Semakin ia belajar, maka semakin ia terangsang untuk belajar lebih jauh lagi ilmu mengenai sifat-sifat Allah dan ciptaan-Nya. Allah menjanjikan nikmat bagi umat-Nya yang menuntut ilmu, semakin ia belajar semakin cinta ia kepada agamanya, semakin tinggi cintanya kepada Allah dan rasul-Nya. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya. Semangat memahami agama akan meng ”hidup” kan hatinya, hati yang “hidup” adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dan nikmat iman. Maka berbahagialah orang yang penuh semangat memahami ilmu agama Islam.

Ketujuh, yaitu umur yang baroqah.

Umur yang baroqah itu artinya umur yang semakin tua semakin sholeh, yang setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi hidupnya untuk kebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya akan diisi dengan banyak bernostalgia (berangan-angan) tentang masa mudanya, iapun cenderung kecewa dengan ketuaannya (post-power syndrome). Disamping itu pikirannya terfokus pada bagaimana caranya menikmati sisa hidupnya, maka iapun sibuk berangan-angan terhadap kenikmatan dunia yang belum ia sempat rasakan, hatinya kecewa bila ia tidak mampu menikmati kenikmatan yang diangankannya. Sedangkan orang yang mengisi umurnya dengan banyak mempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal ibadah) maka semakin tua semakin rindu ia untuk bertemu dengan Sang Penciptanya. Hari tuanya diisi dengan bermesraan dengan Sang Maha Pengasih. Tidak ada rasa takutnya untuk meninggalkan dunia ini, bahkan ia penuh harap untuk segera merasakan keindahan alam kehidupan berikutnya seperti yang dijanjikan Allah. Inilah semangat “hidup” orang-orang yang baroqah umurnya, maka berbahagialah orang-orang yang umurnya baroqah.

Demikianlah pesan-pesan dari Ibnu Abbas ra. mengenai 7 indikator kebahagiaan dunia.

Bagaimana caranya agar kita dikaruniakan Allah ke tujuh buah indikator kebahagiaan dunia tersebut ? Selain usaha keras kita untuk memperbaiki diri, maka mohonlah kepada Allah SWT dengan sesering dan se-khusyu’ mungkin membaca doa ‘sapu jagat’ , yaitu doa yang paling sering dibaca oleh Rasulullah SAW. Dimana baris pertama doa tersebut “Rabbanaa aatina fid dun-yaa hasanaw” (yang artinya “Ya Allah karuniakanlah aku kebahagiaan dunia ”), mempunyai makna bahwa kita sedang meminta kepada Allah ke tujuh indikator kebahagiaan dunia yang disebutkan Ibnu Abbas ra, yaitu hati yang selalu syukur, pasangan hidup yang soleh, anak yang soleh, teman-teman atau lingkungan yang soleh, harta yang halal, semangat untuk memahami ajaran agama, dan umur yang baroqah.

Walaupun kita akui sulit mendapatkan ketujuh hal itu ada di dalam genggaman kita, setidak-tidaknya kalau kita mendapat sebagian saja sudah patut kita syukuri.

Sedangkan mengenai kelanjutan doa sapu jagat tersebut yaitu “wa fil aakhirati hasanaw” (yang artinya “dan juga kebahagiaan akhirat”), untuk memperolehnya hanyalah dengan rahmat Allah. Kebahagiaan akhirat itu bukan surga tetapi rahmat Allah, kasih sayang Allah. Surga itu hanyalah sebagian kecil dari rahmat Allah, kita masuk surga bukan karena amal soleh kita, tetapi karena rahmat Allah.

Amal soleh yang kita lakukan sepanjang hidup kita (walau setiap hari puasa dan sholat malam) tidaklah cukup untuk mendapatkan tiket masuk surga. Amal soleh sesempurna apapun yang kita lakukan seumur hidup kita tidaklah sebanding dengan nikmat surga yang dijanjikan Allah.

Kata Nabi SAW, “Amal soleh yang kalian lakukan tidak bisa memasukkan kalian ke surga”.“Bagaimana dengan Engkau ya Rasulullah ?”. Jawab Rasulullah SAW : “Amal soleh saya pun juga tidak cukup”. Lalu para sahabat kembali bertanya : “Kalau begitu dengan apa kita masuk surga?”. Nabi SAW kembali menjawab : “Kita dapat masuk surga hanya karena rahmat dan kebaikan Allah semata”.

Jadi sholat kita, puasa kita, taqarub kita kepada Allah sebenarnya bukan untuk surga tetapi untuk mendapatkan rahmat Allah. Dengan rahmat Allah itulah kita mendapatkan surga Allah (Insya Allah, Amiin).

Kamis, 09 Juli 2009

Cetak Mencetak


Assalamualaikum

Inilah tampilan uang pecahan baru Rp.2000,- yang diluncurkan di Kalimantan pada hari kamis kemarin oleh lembaga yang memiliki wewenang untuk melakukan hal ini di negara kita yaitu Bank Indonesia atau yang biasa dikenal dengan BI.

Tentu saja setelah peluncuran tersebut maka uang kertas yang berwarna dominan abu-abu bergambar Pangeran Antasari pada bagian depan dan gambar Tarian Adat Dayak pada bagian belakang ini akan sah menjadi alat pembayaran transaksi yang terjadi di Indonesia mulai hari ini.

Sebagian masyarakat mungkin merasa bangga akan kehadiran uang baru ini, namun sebaiknya kita harus melihat kejadian ini dengan lebih seksama lagi terkait dengan mengapa pencetakan uang baru ini diperlukan?..

Melalui perwakilannya (Miranda Gultom) Bank Indonesia memberikan pernyataan terkait dengan pencetakan uang baru ini.Menurut mereka bahwa "Penerbitan uang kertas emisi baru tersebut merupakan implementasi kebijakan Bank Indonesia di bidang pengedaran uang yaitu untuk memenuhi kebutuhan uang rupiah di masyarakat dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi yang layak edar,"

Bertanyalah pada diri anda masing-masing dan coba menjawab pertanyaan ini

Apakah dengan kondisi ekonomi Indonesia saat ini kita membutuhkan beredarnya uang baru tersebut?...

Apakah anda kesulitan untuk menentukan nominal yang cukup dalam bertransaksi selama ini?....

Apakah anda sudah sangat sering menemukan uang kertas yang tak layak edar?.....

Kalau menurut saya dan mungkin anda setuju dengan saya bahwa yang masyarakat hadapi saat ini adalah bukan sulitnya menemukan uang kertas yang beredar di Indonesia (Uang kertas ada dimana-mana) namun yang kita hadapi adalah sulitnya bagi masyarakat untuk mendapatkan akses dan memiliki uang yang beredar tersebut dan menggunakannya untuk keperluan hidup mereka yang akhirnya tentunya dapat menggerakan roda perekonomian.

Oleh karena itu kedepan sebaiknya kita dapat lebih melakukan tindakan-tindakan yang lebih tepat terkait perekonomian kita, yaitu dengan cara bukan menambah uang kertas yang beredar namun lebih memberi kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses uang yang telah ada.

Dan sesungguhnya uang yang beredar sudah cukup bahkan sangat berlebihan, dan jika ini terjadi maka tentunya dapat memicu terjadinya inflasi di Indonesia yang pada data tahun 2008 termasuk kedalam inflasi sedang yaitu sebesar 12% dan tahun 2009 ini diprediksi akan menjadi inflasi ringan yaitu sebesar 9-10%.

Semoga manfaat
Wass
dirhamsyah

Niat Mulia



Uang telah ada direkeningku
Kewajibanku yang lain telah kupenuhi
Rumahku cukup untuk berteduh
Mobilku membantuku mengantar anak-anakku

Dulu sawaktu itu semua belum kumiliki
Dulu sewaktu hidupku masih sulit
Dulu sewaktu hal itu tak mungkin aku lakukan
Aku ingin sekali kesana
Benar aku ingin sekali kesana

Segala cara aku lakukan
Waktupun aku korbankan
Agar aku berkecukupan
Memenuhi panggilan Nya

Lucu sekali
Cahaya keberhasilan mulai terlihat
Namun cahaya imanku mulai redup
Keinginanku mulai kutunda-tunda
Yang kini ada membuat diriku sayang kepadanya
Padahal tadinya itu tidak ada

Aku mulai berusaha keras melupakan niatku
Semua ini kerja kerasku seorang
Sayang kalau dikeluarkan
Iya sejahat itulah aku
Dunia telah membutakan hatiku

Kini saatku terbaring
Kini saat diriku tak berdaya lagi
Muncul kuat keinginanku memenuhi panggilan Nya
Namun semua telah terlambat
Iya terlambat sudah
Mungkin ini balasan bagiku
Atas semua penolakanku
Dekat kepada Nya disaat sulit
Namun tidak disaat bahagia

Senin, 06 Juli 2009

Mengelola Uang Berdasarkan Fungsinya…


Written by Muhaimin Iqbal

Dalam teori ekonomi, uang memiliki tiga fungsi yaitu sebagai Alat Tukar (Medium of Exchange), sebagai Penyimpan Nilai (Store of Value) dan sebagai Satuan Perhitungan/Timbangan (Unit of Account).

Ketiga fungsi ini seharusnya melekat pada uang yang kita gunakan, namun penggunaan uang kertas justru tidak dapat memenuhi ketiga fungsi tersebut sekaligus.

Uang kertas hanya berfungsi secara optimal sebagai Alat Tukar atau Medium of Exchange. Sebagai Store of Value, nilainya tergerus oleh inflasi dari waktu ke waktu. Karena nilainya yang terus menurun ini maka uang kertas juga tidak bisa secara konsisten dipakai sebagai Unit of Account.

Kalau Anda memiliki rumah yang Anda beli 10 tahun lalu senilai Rp 400 juta; tanpa renovasi sekalipun sekarang nilainya diatas Rp 1 Milyar – maka dalam mata uang Rupiah seolah anda untung 150%; benarkah Anda untung ? darimana untungnya ? lha wong rumahnya ya tetap itu-itunya. Keuntungan semu ini terjadi karena bias Unit of Account yang Anda gunakan yaitu Rupiah.

Uang Emas/Dinar atau Perak/Dirham yang sebenarnya sepanjang sejarah ribuan tahun bisa memerankan tiga fungsi uang tersebut secara sempurna.

Namun karena rezim pemerintahan dunia 85 tahun terakhir hanya menggunakan uang kertas – dan bahkan 27 tahun terakhir melalui IMF melarang penggunaan emas sebagai referensi mata uang; maka Emas/Dinar dan Perak/Dirham belum bisa kita fungsikan sebagai uang dalam pengertian Alat Tukar atau Medium of Exchange secara optimal.

Dalam hal uang, kita yang hidup di zaman ini menghadapi situasi dilematis. Uang kita yang resmi yaitu Rupiah, Dollar dlsb. dapat secara efektif kita gunakan sebagai alat tukar saat ini, namun uang kertas ini tidak dapat memerankan fungsi Store of Value dan Unit of Account. Uang kertas hanya secara efektif memerankan 1 dari tiga fungsi uang.

Di sisi lain kita juga memiliki uang Dinar dan Dirham yang sudah terbukti efektif memerankan ketiga fungsinya; namun secara legal tidak diakui sebagai Alat Tukar atau Medium of Exchange. Praktis Dinar dan Dirham baru bisa memerankan 2 dari tiga fungsi uang.

Lantas mana yang kita gunakan ?. Tergantung kebutuhan kita !.

Komposisi uang kertas dan Dinar Anda tergantung berapa banyak yang Anda butuhkan sebagai Alat Tukar dan berapa banyak pula yang dibutuhkan sebagai Store of Value.

Prinsip sederhananya seperti yang terlihat di grafik terbut diatas, semakin dekat penggunaan uang Anda – semakin besar fungsi Medium of Exchange berperan. Semakin jauh penggunaannya, semkin besar fungsi Store of Value-nya yang dibutuhkan.

Untuk jual beli saat ini, kita membutuhkan uang kertas – maka tidak dianjurkan untuk menukar uang kertas ini dengan Dinar – apabila uang tersebut akan Anda butuhkan
dalam waktu dekat.

Sebaliknya untuk kebutuhan Anda jangka panjang seperti biaya masuk perguruan tinggi anak-anak, biaya pemeliharaan kesehatan hari tua, biaya pergi haji dlsb. Anda membutuhkan uang yang berfungsi efektif sebagai Store of Value – Dinar-lah jawaban praktisnya.

Sebenarnya ada jawaban lain yang lebih baik; uang Anda tidak hanya efektif sebagi Store of Value tetapi juga menjadi Growing Assets – apabila Anda dapat berinvestasi di sector riil secara baik. Dalam hal ini ‘uang’ jangka panjang Anda dapat berupa pohon jati yang terus tumbuh, anak-anak sapi yang terus membesar, ayam dan itik yang semakin banyak, kebun-kebun yang semakin menghijau dslb.dlsb. Wallahu A’lam.

Economic stress up in much of nation


By JEANNINE AVERSA and MIKE SCHNEIDER

California, Michigan and South Carolina suffered the most financial pain in May as unemployment, home foreclosures and bankruptcies rose, according to The Associated Press' monthly analysis of economic stress in more than 3,100 U.S. counties.

The latest results of the AP's Economic Stress Index show the worst financial crisis since the 1930s causing lingering damage even as other signs suggest the recession is winding down.

The average county's Stress score, fueled by worsening unemployment, foreclosures and bankruptcies, rose to 10 in May, from 9.7 in April.

In May 2008, the average Stress score was 6.2. The pain was lower then because the economy was still expanding. In fact, the second quarter of 2008 was the last time the economy grew.

The AP calculates a score from 1 to 100 based on each county's unemployment, foreclosure and bankruptcy rates. The higher the score, the higher the economic stress.

Under a rough rule of thumb, a county is considered stressed when its score zooms past 11. In May, 36 percent of the counties scored 11 or higher, up from 34 percent in April. But the latest reading was slightly better than February and March, when nearly 40 percent of counties were at or above that threshold.

Federal Reserve Chairman Ben Bernanke and many other economists predict the recession will end later this year. Even if it does, unemployment, foreclosures and bankruptcies are likely to keep climbing and cause further harm in many communities, economists predicted.

"The pain will linger well after the recession is over, making for a subdued economic recovery," said Richard Yamarone, economist at Argus Research.

Many economists say the recession eased from April to June and that the economy might start growing again as soon as the current July-to-September quarter.

Among states, California, Michigan and South Carolina showed the most economic stress in May, with their counties' scores averaging 16, 15.9 and 15, respectively, the AP analysis shows.

California has been battered by the housing bust, and Michigan has absorbed the brunt of the auto industry crisis.

"And South Carolina is a little bit of everything," said Sean Snaith, economics professor at the University of Central Florida. "Manufacturing and construction jobs have been hard hit in the state."

One common thread running through all three states is heavy jobs losses. Rising unemployment, in turn, is escalating foreclosures and bankruptcies.

The rising economic stress comes as California, saddled with a whopping $24.3 billion budget deficit, and other states are scrambling to cope with fiscal crises.

Over the past year, South Carolina, Oregon and Indiana have suffered the most stress. The loss of manufacturing jobs has deepened Indiana's and South Carolina's woes. And Oregon has been hurt by the real-estate bust and falling demand for construction materials like plywood and windows that are produced in the state.

North Dakota and Nebraska were the least stressed states in May, with county scores averaging under 5. Those Plains states also fared the best over the past year. North Dakota has been helped by the oil business. Nebraska has benefited from the relative strength of two of its main industries: agriculture and food-production.

"Those are also some of the few places that didn't experience the housing boom and therefore escaped the intense problems of the housing bust," said John Silvia, chief economist at Wachovia.

At the county level, the highest scores in May for those with populations of at least 25,000 residents were Imperial County, Calif; Merced County, Calif.; Yuma County, Ariz.; Lauderdale County, Tenn.; and Stanislaus, Calif.

Merced and Stanislaus have endured some of the nation's highest foreclosure rates in the past year. And even in good times, Imperial, Lauderdale and Yuma have been among the most impoverished U.S. counties.

The counties (of at least 25,000 residents) that suffered the sharpest increases in stress scores over the past year were manufacturing communities: Williams County, Ohio; Elkhart County, Ind.; Huntingdon County, Pa.; Howard County, Ind.; Union County, S.C.; and Noble, Ind.

AP's analysis also found that foreclosure rates climbed over the past year in areas hardest hit by the housing crisis: Arizona, California, Florida, Nevada and metro Atlanta.

Foreclosures also jumped in some Utah counties that had experienced rapid growth in the past decade.

"It was a speculative bubble, and when the economy popped, it hit us hard," said Dean Cox, administrator for Washington County in southwest Utah, where the foreclosure rate more than doubled to 4 percent in the past year.

Bankruptcy rates also grew in areas where the housing bust struck hardest: Southern California, southern Oregon and Las Vegas.

"It's not surprising, since the inability to make your mortgage payment is a pretty good proxy of the financial situation households are in," said Samuel Gerdano, executive director of the American Bankruptcy Institute.

Gerdano says he foresees an estimated 1.5 million bankruptcy filings this year — the most since the nation's bankruptcy laws were tightened in 2005.

Minggu, 05 Juli 2009

Solusi Berbasis Science Dan Guidance…



Written by Muhaimin Iqbal

Dewasa ini di tengah kebingungan masyarakat dalam mengatasai berbagai persoalan kehidupan, banyak sekali ditawarkan jalur alternatif yang tidak jarang justru menjerumuskan masyarakat dengan kesesatan yang lebih jauh seperti kemusrikan, permainan untung-untungan dan hal-hal lain yang bertentangan dengan syariah Islam.

Dalam hal problem kesehatan misalnya; solusi-solusi alternatif yang popular dan bahkan sering disiarkan atau diiklankan di televisi – banyak yang sarat dengan kemusrikan. Masyarakat yang mendapat musibah ataupun cobaan penyakit misalnya, tidak jarang karena ketidak sabaran dan mungkin juga karena ketidak tahuannya – terjebur pula dalam musibah yang lebih dalam lagi yaitu musibah keimanan.

Ada panduan sederhana yang saya belajar dari salah satu ustadz yang insyallah lurus keimanannya agar kita tidak mudah tersesat dalam kemusrikan yang terkait dengan pengobatan ini, yaitu pengobatan yang tidak mengandung kemusrikan cirinya adalah dua. Pertama dia secara ilmiah masuk akal, kedua kalau tidak (belum) masuk akal kita saat ini – pengobatan tersebut ada tuntunan atau contohnya langsung dari Rasulullah SAW. Bila pengobatan tersebut tidak masuk akal atau tidak pula ada tuntunannya, maka kemungkinan pengobatan tersebut mengandung syirik.

Contoh yang masuk akal adalah kita berobat ke dokter sebagai ikhtiar untuk jalan kesembuhan kita; dokter mengobati kita secara ilmiah. Para dokter insyallah bisa menjelaskan ke kita secara masuk akal – hal-hal yang dia lakukan terkait dengan penyakit kita.

Contoh yang belum masuk akal, namun ada tuntunannya adalah pengobatan dengan Bekam, dengan Madu dan dengan Habatus Sauda. Belum semua hal yang terkait dengan Bekam, Madu dan Habatus Sauda bisa dijelaskan oleh para ahli sampai sekarang. Namun karena pengobatan dengan tiga hal ini dicontohkan langsung oleh Rasulullah SAW, tentu juga boleh kita ikuti.

Dua contoh pengobatan tersebut diatas mememuhi kriteria masuk akal atau ada tuntunannya langsung dari Rasullulah SAW; insyallah keduanya tidak ada yang mengandung kemusrikan.

Sebaliknya bila Anda menemukan pengobatan alternatif dengan cara yang aneh –aneh, tidak masuk di akal Anda dan tidak ada pula tuntunannya – maka extra hati-hati-lah agar Anda tidak terjerumus dalam kemusrikan ini.

Prinsip menggunakan Akal sehat dan tuntunan Agama yang lurus dari Qur’an dan Hadits ini juga berlaku dalam berbagai masyalah kehidupan lainnya, termasuk dalam hal mencari rizki atau-pun bisnis modern.

Bila ada yang menawarkan Anda bisa kaya dengan passive income dan tidak perlu bekerja (keras ) misalnya, maka Anda perlu berhati-hati. Bila caranya tidak masuk akal, dan tidak pula Anda bisa menemukan ada tuntunannya … maka kalau toh bukan terjerumus pada kemusrikan, bisa jadi Anda akan dibuai oleh khayalan belaka.


Tidak ada jalan pintas dalam hal rizki ini; tugas kita hanya berusaha dengan jalan yang benar – mengikuti aturan atau syariahNya, kemudian menyerahkan hasilnya pada Dia pula yang di tanganNyalah rizki diluaskan atau disempitkan.

Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). (QS 13 : 26)

Mudah-mudahan tulisan ini sekaligus menjawab banyaknya pertanyaan ke saya terkait dengan berbagai tawaran di internet yang katanya bisa membuat orang kaya dengan cara yang mudah. Perlu pula diingat bahwa bukan kekayaan yang seharusnya kita kejar, tetapi keberkahan dan keridlaanNya – maka bila dua hal terakhir ini yang menjadi focus usaha kita, insyaallah kita tidak akan pernah tertipu dan kecewa. Wa Allahu A’lam.

Who Owns Most of the World's Gold?


4% of the World Controls 12.6% of the Gold

By Luke Burgess
Thursday, July 2nd, 2009

With gold prices getting ready to soar, we've decided to find out who owns the most bullion in the world.
It's no surprise that governments, central banks, and investment funds are world's largest holders of gold reserves. These organizations know gold is the ultimate store of value that protects against inflation and offers a safe haven during times of economic and geopolitical turmoil.
To find out who owns the most gold in the world, we referred to data from the International Monetary Fund's International Financial Statistics Report.
The 10 biggest gold owners in the world:

Rank Owner Tonnes Share of Foreign Reserves
10 Netherlands 612.5 61.4%
The Netherland central bank, De Nederlandsche Bank, oversees the Dutch national finances, including the country's 612.5 tonnes of gold reserves. The Dutch gold is currently worth over $20 billion and accounts for 61.4% of the country's foreign reserves.

Rank Owner Tonnes Share of Foreign Reserves
9 Japan 765.2 2.1%
Although Japan is ninth largest gold owner in the world, its 765.2 tonnes of gold accounts for just 2.1% of the nation's total foreign reserves. On the open market, Japan's gold reserves would fetch approximately $25.4 billion and are managed by the Bank of Japan.

Rank Owner Tonnes Share of Foreign Reserves
8 Switzerland 1040.1 37.1%
Conducting Switzerland's monetary policy is the Swiss National Bank, which oversees the country's 1,040.1 tonnes of gold. The gold is believed to be stored in huge underground vaults near the federal Parliament building in Berne, but the Swiss National Bank treats the location of the gold reserves as a secret. With the world's eighth largest reserve of the yellow metal, Switzerland's stockpile would fetch approximately $34.5 billion in today's gold market, accounting for 37.1% of the country's foreign reserves.


Rank Owner Tonnes Share of Foreign Reserves
7 China 1054.0 1.8
The world's most populous country also has the world's seventh largest gold reserve. With a population of 1.33 billion, the country holds about $26 worth of gold per person, worth a total of almost $35 billion. The Chinese gold accounts for only 1.8% of the nation's total foreign reserves.

Rank Owner Tonnes Share of Foreign Reserves
6 SPDR Gold Shares ETF 1,120.6 n/a
Originally listed on the New York Stock Exchange in 2004, SPDR Gold Shares has been one of the fastest growing ETFs in the world. SPDR Gold Shares now trade on the Singapore Stock Exchange as well as the Tokyo Stock Exchange. All of the Trust’s gold is held by the Custodian, HSBC Bank, in their London vault except when the gold has been allocated in the vault of a sub-custodian.

Rank Owner Tonnes Share of Foreign Reserves
5 France 2,450.7 72.6%
The Banque De France is responsible for France's gold holdings, which have been reported at about 2,450.7 tonnes by the International Monetary Fund. With the fifth largest gold reserve in the world, France's amount to about $81.3 billion, accounting for 72.6% percent of the country's foreign reserves, which is the second highest percentage of gold in foreign reserves on our top ten list.

Rank Owner Tonnes Share of Foreign Reserves
4 Italy 2,451.8 66.5%
The Italian National Bank, Banca D'Italia, manages the country's large gold holdings, which account for 66.5% of its foreign reserves. With approximately 2,451.8 tonnes of gold in reserve, Italy's holdings are very close to France's and are also worth approximately $81.3 billion at current prices.

Rank Owner Tonnes Share of Foreign Reserves
3 International Monetary Fund 3,217.3 n/a
The International Monetary Fund oversees the global financial system by following the macroeconomic policies of its member countries 185 member countries. It is an organization formed to stabilize international exchange rates and facilitate development and offers highly leveraged loans mainly to poorer countries. The IMF's gold policies have changed in the last quarter century, but the reserves remain in place for use in stabilizing international markets and aiding national economies. The IMF's official policy on gold as it is stated on the organization's website is governed by the following principles:
• As an undervalued asset held by the IMF, gold provides fundamental strength to its balance sheet. Any mobilization of IMF gold should avoid weakening its overall financial position.
• The IMF should continue to hold a relatively large amount of gold among its assets, not only for prudential reasons, but also to meet unforeseen contingencies.
• The IMF has a systemic responsibility to avoid causing disruptions to the functioning of the gold market.
• Profits from any gold sales should be used whenever feasible to create an investment fund, of which only the income should be used.

Rank Owner Tonnes Share of Foreign Reserves
2 Germany 3,412.6 69.5%
The Deutsche Bundesbank, Germany's central bank, is the most influential member of the European System of Central Banks. With a hefty 3,412.6 tonnes of gold reserves, which are valued at about $113.2 billion at current prices, Germany's gold accounts for almost 70% of the country's total foreign reserves.

Rank Owner Tonnes Share of Foreign Reserves
1 United States 8,133.5 78.3%
The United States holds the largest gold reserve in the world. With 8,133.5 tonnes, the US gold holdings are worth approximately $269.67 billion. This massive gold reserve represents about .9436 an ounce for ever person living in the country. The majority of the American gold is reported to be held in the world famous United States Bullion Depository in Fort Knox, Kentucky, although there is some controversy that suggests otherwise. The remainder of the US reserves are held at the Philadelphia Mint, the Denver Mint, the West Point Bullion Depository and the San Francisco Assay Office.
The top ten largest owners of gold in the world are reported to control a total of 24,258.3 tonnes, or over 855 million ounces. At current spot prices, this gold would be worth approximately $804.35 billion and represents about 15.4% of all the gold ever mined.
We continue to urge all Gold World readers to buy and hold both gold and silver in anticipation of significantly higher precious metal prices.

Conspiracy Theory & Harga Emas Dunia…


Written by Muhaimin Iqbal

Pada tahun 2000; GATA mengajukan tuntukan hukum di Amerika atas apa yang mereka sebut sebagai “Aktifitas manipulasi pasar emas yang diorkestrasikan oleh government official diluar wewenang legal dan konstitusional mereka yang melibatkan bullion banks yang aktif di Commodities Exchange (COMEX) New York”.

Meskipun tuntutan ini di kandaskan pengadilan awal 2002, namun conspiracy theory ini tetap bergentayangan di pasar emas dunia – tanpa pernah bisa dibuktikan. Inti dari conspiracy theory ini adalah pemerintah Amerika berkepentingan untuk mencitrakan nilai US$ yang tinggi dan inflasi yang terkendali dari waktu ke waktu - maka mereka perlu ‘mengendalikan’ harga emas dunia karena harga emas dunia ini dapat mencerminkan apa yang sesungguhnya terjadi terhadap nilai daya beli mata uang dan inflasi.

Diantara mereka yang ber-teori bahkan mempersonifikasikan conspiracy ini dengan adanya nice government man yang bekerjadi di aftermarket emas – yaitu aktifitas pasar diluar pasar resmi. Mereka suka bekerja di aftermarket karena volumenya kecil sehingga tidak perlu modal besar untuk mempermainkannya.

Saya tidak berhasil meyakinkan diri saya sendiri bahwa conspiracy ini memang ada, buku per-emas-an terakhir yang sampai ke meja saya “Investing In Gold” (Jonathan Spail, Mc Graw Hill, 2009), yang antara lain memuat satu tulisan mengenai Conspiracy Theory inipun – terasa tidak terlalu objektif karena lebih menyerupai pembelaan ‘orang dalam’ yang pernah bekerja pada lembaga-lembaga yang dituntut oleh GATA tersebut diatas.

Jadi intinya Conspiracy ini antara ada dan tiada; dibilang ada tetapi kok nggak bisa dibuktikan keberadaannya. Dibilang nggak ada kok keberadaannya kadang dapat dirasakan oleh para pelaku pasar, bahkan ‘rasa’ ini pernah begitu kuatnya sampai-sampi GATA berani membawanya ke meja hijau.

Namun bagi kita yang berusaha memperkenalkan Dinar secara luas, ada atau tidak adanya conspiracy untuk mempermainkan harga emas secara internasional justru dapat kita manfaatkan. Kalau mereka berintervensi, artinya harga emas menjadi lebih rendah dari yang seharusnya – hal ini kita jadikan waktu yang baik untuk kita membeli emas/Dinar.

Hari-hari ini harga emas sangat tinggi di pasaran internasional, sampai US$ yang lagi perkasa-pun tidak mempan untuk membeli Emas pada harga yang baik. Lantas mengapa the Nice Government Men nggak beraksi menyerang harga emas di aftermarket supaya harga emas turun dan Dollar membaik ?.

Kemungkinannya banyak, pertama mungkin mereka memang dari semula tidak ada. Kedua mungkin mereka sudah kehabisan modal untuk intervensi pasar. Ketiga mungkin mereka lagi tidak merasa perlu berintervensi ke pasar emas karena toh US$ sudah kelihatan perkasa di mata uang kertas lainnya.

Manapun yang benar dari ketiga kemungkinan tersebut adalah baik untuk pasar emas dunia, yaitu pasar berjalan apa adanya…tanpa ada pihak yang mempermainkan untuk kepentingannya sendiri…Wallahu A’lam.

The Fiat Currency Disease


by James Turk

Yesterday the Federal Reserve completed the latest meeting of its Federal Open Market Committee. It re-affirmed its plan to purchase by the end of the year some $1.8 trillion – yes, $1.8 trillion – of US government paper, comprising of agency debt, agency mortgage-backed securities and US Treasuries. That’s nearly $6,000 for every man, woman and child in the United States.

While $1.8 trillion is a gargantuan amount of money, the actual amount is of secondary importance to the essential, piercing question. Namely, where is this $1.8 trillion going to come from?

The answer is not pretty. These dollars will come from the same place that all other dollars are created these days, namely, out of thin air. Here’s how Mr. Bernanke explained this monetary sleight-of-hand before he was appointed as chairman of the Federal Reserve. “The U.S. government has a technology, called a printing press (or, today, its electronic equivalent), that allows it to produce as many U.S. dollars as it wishes at essentially no cost.”

Like most central banker statements, this one is based on half-truths. How can there possibly be “essentially no cost” to creating all these dollars? We all know that there is no free lunch in the real world, so there must be some significant cost to creating so many dollars, right?

Please read Mr. Bernanke’s statement again. There may be essentially no cost to the US government, but here is what he doesn’t tell you. There is a very real and huge cost to everyone who ends up holding these dollars that were created ‘out of thin air’. It is the cost of inflation; it is the onerous cost burden arising from the reality that the purchasing power of the dollar is being continuously eroded. And the more dollars that are created beyond the need for dollars in normal commerce, the worst the inflation becomes. The $1.8 trillion the Federal Reserve will soon be creating should cause those remaining deflationists still arguing their point of view to recognize that they are looking down the wrong road.
They argue that deflation is inevitable because credit is contracting. However, contracting credit is not deflation. Rather, contracting credit causes wealth destruction, but does not necessarily cause deflation in a fiat currency world.

Deflation arises when the quantity of dollars contracts, as it did when credit contracted in the Great Depression. But the quantity of dollars is not contracting today. It continues to grow, regardless what measure one uses, M1, M2 or M3 (which John Williams of http://www.shadowstats.com estimates to have grown +7.3% over the past 12 months).

Percent change at seasonally adjusted annual rate M1 M2
3 Months from Feb 2009 TO May 2009 9.4 4.2
6 Months from Nov 2008 TO May 2009 9.5 9.5
12 Months from May 2008 TO May 2009 16.2 9.0

Source: http://www.federalreserve.gov/releases/h6/current/h6.htm
What’s more, the trillions of dollars created out of thin air for various bailout schemes as well as this latest $1.8 trillion planned purchase by the Federal Reserve will make sure that the quantity of dollars continues to grow. The result will be that the purchasing power of the dollar will continue to be inflated away.

It has become increasingly apparent that the US dollar has caught the fiat currency disease, where too many units of account are created. This disease is fatal, and hundreds of fiat currencies buried in the fiat currency graveyard throughout history have succumbed to it.

By creating too many units of account out of thin air, the Federal Reserve has sealed the dollar’s inflationary fate. Own gold and/or silver to protect yourself and your family from this inevitable outcome.

Kamis, 02 Juli 2009

Anda Bisa Bebas Dari Belenggu Inflasi, Kalau Mau…


Written by Muhaimin Iqbal

Seminggu menjelang pemilu legislative, Biro Pusat Statistik kemarin mengumumkan tingkat inflasi yang menggembirakan yaitu hanya 0.11 % untuk bulan Juni 2009. Inflasi year on year (Juni 08- Juni 09) menjadi hanya 3.65%, merupakan penurunan yang sangat significant dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang berada pada angka 11.03%.

Namun apakah berarti harga-harga (akan) turun ?, jangan dulu berharap harga akan turun. Data yang sama yang di release BPS kemarin juga menunjukkan Indek Harga Konsumen (IHK) yang berada pada angka 114.10 dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya 110.08 - angka ini adalah angka relatif terhadap tahun 2007 yang ditetapkan pada angka 100.

Yang menyedihkan adalah IHK untuk kelompok bahan makanan yang naik jauh lebih tinggi dibandingkan kenaikan umum tersebut. Bulan juni 2009 ini IHK kelompok makanan berada pada angka 122.28, naik dari bulan yang sama tahun sebelumnya yang berada pada angka 116.44.

Apa artinya angka-angka tersebut ?, kalau tahun 2007 kita bisa membeli beras standar seharga Rp 3,500/kg; tahun 2008 lalu kita membeli beras yang sama pada harga Rp 4,060 /kg , maka tahun ini kita harus merogoh kantong lebih dalam lagi karena harga beras yang sama kini telah mencapai Rp 4,270/kg.

Kalau pendapatan kita naik 10% pertahun saja, pastilah harga beras ini naik lebih cepat dari kenaikan pendapatan kita – inilah yang membuat beban biaya hidup menjadi semakin berat bagi kita semua.

Trend kenaikan harga pangan tersebut juga dengan mudah akan dapat menjelaskan mengapa tabungan kita di bank sebenarnya tidak memberikan hasil yang memadai. Misalnya kita dapat hasil bersih 6% saja setahun, kalau tahun 2007 kita punya uang 100, tahun lalu uang tersebut menjadi 106 dan tahun ini menjadi 112.36 – lebih rendah dari IHK umum (114.10) dan jauh lebih rendah lagi dari IHK kelompok bahan makanan (122.28).

By the way pada saat menulis artikel ini saya menengok sedikit tabungan saya di bank – yang saya pertahankan keberadaannya hanya untuk keperluan transaksi – hasilnya mengejutkan saya karena ternyata jauh lebih rendah dari asumsi saya tersebut diatas. Mungkin saya atau bank saya keliru, Anda tolong cek hasil tabungan Anda bulan ini – saya kawatir Anda juga akan sama terkejutnya dengan saya.

Lantas apa solusinya bagi kita, agar kita tidak semakin tenggelam dalam lautan inflasi yang menggerus daya beli dari tabungan atau penghasilan kita ?.

Yang terbaik adalah kalau bangsa ini mau mengubah lagu lamanya dari lagu ‘…dari kecil rajin menabung, kelak dewasa pasti untung…!’ menjadi ‘ …dari kecil rajin berinvestasi, insyaAllah kelak dewasa berprestasi…’.

Investasi maknanya jauh lebih luas dari menabung; prestasi juga jauh lebih luas dari ‘untung’. Investasi tidak hanya terkait dengan materi, bisa juga berinvestasi dalam pengetahuan dan ketrampilan. Prestasi juga tidak hanya diukur dengan materi, tetapi peningkatan kwalitas hidup di dunia untuk persiapan akhirat adalah prestasi. Jangan lupa juga mengganti kata pasti menjadi insyaAllah, karena tugas kita hanya berikhtiar - sedangkan hasil adalah urusan Allah semata.

Untuk keberhasilan yang sifatnya materi-pun sebenarnya kita juga bisa membebaskan diri dari lautan inflasi kalau uang kita Dinar; dalam tiga tahun terakhir ternyata harga beras diatas justru turun bila dibeli dengan uang Dinar kita. Lihat grafik diatas.

Dengan harga Dinar pada Juni 2007, 2008 dan 2009 masing-masing adalah Rp 832,281 ; Rp 1,166,931 dan Rp 1,355,510 , maka harga beras per – kilogram turun dari semula pada harga 0.0042 Dinar (2007), menjadi 0.0035 Dinar (2008) dan 0.0032 Dinar (2009).

Jadi sekarang Anda tahu bukan ?, bahwa ada cara untuk bebas dari belenggu inflasi…!. Wa Allahu A’lam.

Chinese Government Wants To Purchase Another $80 Billion Of Gold!


By Patrick A. Heller

Nine weeks ago, the Chinese government admitted to the mainstream media that it had added 14.6 million ounces of gold reserves from 2003 through 2009. For years before that disclosure, several of us non-mainstream media members had reported this activity to smaller audiences.

It wasn't until about June 9 that the mainstream media was told that the Chinese government was planning to purchase an additional huge quantity of gold. The information became public when U.S. Rep. Mark Kirk (R-Ill.) was interviewed on Fox News by Greta Van Susteren.

Kirk accompanied Treasury Secretary Timothy Geithner on his trip to China in May. While the Chinese were laughing at Geithner during his speech at Beijing University for claiming that the U.S. dollar was strong (By the way, laughing at a speaker is a major social no-no in China, a sign that Geithner's comments were not respected at all!), Kirk was engaged in a private conversation with lesser Chinese officials. In this non-public discussion, Kirk was told that the Chinese were extremely concerned about the likely near term decline in the U.S. dollar because of the explosion of government debt. As part of the reaction to this concern, the Chinese government had established another reserve to stockpile petroleum and was planning to purchase another $80 billion of gold (about 85 million ounces at today's price level).

Kirk's revelation about the Chinese plan to purchase another $80 billion of gold was the very last comment in the interview. This extraordinary news received almost no coverage until last week when multiple hard-asset Web sites picked up the interview.

This information is not fresh news, even though the mainstream media did not report it until Kirk's interview. For instance, I discussed the substance of it in the April 28 edition of this column. Let me repeat the relevant paragraph for you:

"By the way, the way the Chinese government operates is not open and direct. Changes in policy are signaled by speeches or papers by lesser officials. And [as] has been shown repeatedly, when the Chinese government issues a statement that it is considering something such as purchasing gold, they really mean that they have already been actively doing it. It is entirely possible that China's central bank gold reserves are much higher than they now confirm."

So, when the Chinese, by their indirect method, disclosed that they plan to purchase another $80 billion of gold, you can just about guarantee two facts. First, the Chinese are already buying this gold. Second, the amount of gold planned to be purchased is larger than they stated.

How much is 85 million ounces of gold in relation to anything? The potential International Monetary Fund (IMF) gold sale that has been bantered about since 2002 as a means to knock down the price of gold is less than 13 million ounces. Annual worldwide gold mine production is roughly 60 million ounces. The Central Bank Gold Agreement, covering governments, central banks, and official organizations such as the IMF that hold about 80 percent of the world's official gold holdings, limits annual sales to 16.1 million ounces.

How can the Chinese accumulate this much more gold without the spot price rising significantly? The simple answer is that this is not possible. The price of gold is going to have to rise by a lot, much faster than mainstream financial experts want us to believe. The price will not rise in a straight line, but the longer you wait for any 'pullback' to offer a buying opportunity, the greater your risk that you might not be able to purchase anywhere close to current gold price levels.

This past weekend, I attended the International Paper Money Show in Memphis, Tenn. I was surprised how many dealers, whose livelihood does not involve trading gold at all, told me that they regularly read this column and have personally laid in a good stash of physical gold for their own protection.