GOLD PRICE IS IN YOUR HAND!!

Unduh gratis aplikasi pemantau harga emas kami, untuk pengguna BlackBerry klik http://www.salmadinar.com/ota dan pengguna Android klik http://www.salmadinar.com/android langsung dari device Anda

24hr Gold Dinar Chart

24hr Gold Dinar Chart

Sabtu, 30 Oktober 2010

1 MAN - 1 DIRHAM TO SAVE INDONESIA


Assalamualaikum

Sebagai bentuk kepedulian atas berbagai musibah yang terjadi di Indonesia, kami mengajak rekan-rekan menyisihkan sebagian rizkinya untuk membantu saudara-saudara kita di Wasior, Mentawai dan Merapi.

Transfer dana senilai 1 Dirham (Rp 37.000) ke :
- Rekening Mandiri No 103.00.01023874 a.n Endy Junaedy Kurniawan
- Rekening BCA No 092.1343.743 a.n Dirhamsyah


*) Yang berlokasi di Jakarta maupun yg mampu menjangkau SalmaDinar dan jaringannya, setoran berupa Dirham juga kami terima dan salurkan
*) Meski ajakan bantuan dana dalam bentuk Dirham, tak menutup kesempatan bagi yang yang ingin membantu senilai kelipatan Dirham maupun senilai Dinar (+/- Rp 1,650,000)
*) Amanat dana akan disalurkan ke beberapa lembaga bantuan yang telah terjun langsung ke lokasi bencana

Wassalamualaikum

Minggu, 17 Oktober 2010

EMAS ITU ‘KUNO’


Dalam beberapa kali interaksi dengan rekan-rekan yang ingin belajar atau ingin memperdalam pengetahuannya tentang emas, fakta, tabiat dan cara investasinya, saya bilang bahwa “Workshop seperti ini, yang intinya menyampaikan pesan untuk mempertahankan kesejahteraan keluarga dan bangsa dengan kembali ke emas, hanya perlu untuk orang kota yang ‘modern’.”

Saya lalu ambil contoh kisah seorang rekan yang saat lebaran lalu pulang kampung, bercerita dengan bangga kepada ibunya bahwa ‘orang kota’ pada ‘nyadar’ dan mulai investasi ke emas. Ibunya hanya tertawa karena baginya, ‘orang kota’ ketinggalan banget. Secara tradisi, saudara-saudara kita yang tinggal diluar kota-kota besar telah menyimpan emas mulai dari nenek-moyang mereka. Yang mereka tahu, emas itu alat simpan yang fitrah. Mereka tak tahu ilmunya, tak ikuti group seperti MUyS di Facebook, maupun ikut kuliah twitter tentang emas.

Pada event terakhir kemarin saya malah dapatkan informasi dari rekan bahwa di Sulawesi, biarpun berbentuk perhiasan (bukan emas batangan LM dan Dinar), suku Bugis sangat kuat tradisi ‘simpan kekayaan dalam emas’nya. Bahkan anak-anak, sering terlihat menggunakan perhiasan emas cukup banyak di badannya, baik dia lelaki maupun perempuan. Seorang rekan lagi bercerita, pada haji tahun 2001, dimana suasana traumatis akibat krismon 1997 – 1998 belum benar-benar hilang, para jamaah haji dari Sulawesi itu terlihat tidak terlihat baru saja menghadapi bencana ekonomi. Banyak orang ketika itu harus cari berbagai cara untuk menutupi kekurangan ONH-nya saja (tahun 1997 biaya haji 8 jutaan, tahun depannya naik menjadi 21 jutaan), sementara ‘para penyimpan emas’ dari Sulawesi itu bilang “Leluhur kami pun sudah berangkat haji dengan emas. Tak ada yang berbeda”.

Pesan dari tulisan ini sebetulnya satu : emas adalah symbol kesejahteraan yang motifnya sangat mendasar. Emas adalah motif kekayaan yang kuno. Nabi Sulaiman menghiasi istananya dari emas, sebagai lambang keindahan dan keagungan. Kerajaan Romawi pun telah menggunakan emas sebagai alat tukar dalam bentuk koin. Sesuatu yang kemudian diadopsi Islam, selama ribuan tahun sebelum runtuhnya kekhalifahan Utsmani. Kerajaan-kerajaan di nusantara pun demikian, mengenali emas sebagai symbol wibawa, penyimpan harta yang agung, di kerajaan Majapahit & Sriwajya misalnya.

Bahkan ketika system uang kertas diterapkan, uang kertas itu masih harus dicetak dengan backup emas, sebelum diporakporandakan Amerika sendiri pada tahun 1971 oleh Nixon dengan Smithsonian Agreement-nya. Jadilah uang kertas adalah uang yang mengambang, suka-suka, sehingga mudah sekali spekulan mempengaruhinya.

Emas adalah harta langka yang hakiki. Itu sebabnya kemudian Islam menjadikannya sebagai alat tukar, penyimpan harta dan penakar nilai dalam bentuk Dinar sebagai mata uang.

Dalam situasi ekonomi yang makin tak menentu sekarang (beberapa ahli berpendapat 2012 akan jadi kiamat ekonomi, dan beberapa yang lain mengatakannya dengan ‘lebih ringan’ yakni akan terjadi the greatest depression – lebih buruk dibanding yang terjadi pada tahun 1930), makin perlu kita mencari alternatif tata kelola ekonomi dunia yang lebih fitrah.

Gejala-gejala pahit itu mulai sering kita lihat saat ini. Pelemahan ekonomi negara terjadi hampir serentak. Perang mata uang antara gajah-gajah ekonomi dunia, pelanduk - negara-negara berkembang dan tertinggal - bisa mati di tengah-tengah. Angka pengangguran dan hutang yang membelit negara-negara besar.

Demam emas di tengah masyarakat, terutama masyarakat kota seperti yang saya urai di awal tadi, yang juga ditandai makin tingginya harga emas dengan sangat cepat dalam waktu singkat, sekitar 1 bulan terakhir, menunjukkan dengan jelas mana asset fitrah sebagai tempat bersandar. Seluruh investor besar di dunia berlari ke emas – The Safe Haven, memunculkan demand yang sangat besar. Sementara supply emas sudah Allah atur sedemikian rupa sehingga tetap langka.

Sebagai individu, apa yang perlu kita lakukan adalah menyelamatkan harta dan asset keuangan dari hantaman krisis dengan menyimpan dalam asset yang hakiki, yaitu emas. Di masa ‘transisi’ ini, menyimpan Dinar menjadi pilihan terbaik. Secara intrinsik kandungan Dinar adalah emas – sehingga berfungsi sebagai investasi dan proteksi nilai harta, sekaligus langkah bersiap-siaga untuk menjadikannya sebagai alat tukar. Insya Allah.

Wallahua’lam

Sabtu, 02 Oktober 2010

HARGA SEDANG TINGGI. JUAL SAJA EMASNYA ?


Written by Endy Junaedy Kurniawan

Emas sedang benar-benar perkasa 3 pekan terakhir ini. Berkebalikan dengan USD yang sedang benar-benar loyo, bahkan posisinya terhadap Yen Jepang terendah dalam 15 tahun.

Karena begitu mencemaskannya kondisi ekonomi AS - angka pengangguran dan pencetakan uang-uang baru, dan jatuhnya negara-negara Eropa dalam jurang hutang yang makin dalam, beberapa negara yang diinisiasi Jerman kemudian menghentikan penjualan emasnya, dan memilih berlindung dibalik ‘Safe Haven’ itu.

Alhasil karena makin seretnya supply, ini mendorong harga emas makin tinggi. Ketika saya buat tulisan ini, emas diperdagangkan di USD 1.318/ troy ounce, rekor tertingginya selama ini. Tepat 10 tahun lalu, emas dihargai USD 200/troy ounce lebih sedikit atau Rp 57.000 per gram. Saat ini, per Jumat kemarin, situs Logam Mulia menunjukkan harga Rp 381.000 per gram untuk pecahan terbesarnya yakni 1.000 gram.

Banyak orang termasuk George Soros mengatakan harga emas menggelembung begitu cepat dan bersiap meletus. Mereka lupa bahwa emas adalah komoditas, yang gerak naik-turunnya, selain terkait berbagai pemicu dan sentimen eksternal, juga terikat pada dirinya sendiri, yakni supply-demand yang mengenai dirinya. Komoditas relatif ‘steril’ dari gelembung / bubble, berbeda dengan sektor finansial.

Tahun 2006, para ahli mengatakan hal yang sama. Gold Bubble, ketika meletus diperkirakan harga kempes. Hingga kini itu tak pernah terjadi. Yang terjadi 2 tahun setelahnya, bubble ekonomi itu meletus di AS dipicu macetnya kredit perumahan.

15 tahun lalu, tiga tahun sebelum krisis moneter terjadi, para ahli mengatakan hal yang sama. Beberapa saat sebelum krisis moneter itu pula, Agustus 1997, kita menyaksikan emas dihargai Rp 27.100 per gram. Harga itu, yang kita ingat, adalah harga termurah sampai dengan saat ini.

Di sisi lain banyak analis yang mengatakan bahwa harga emas, jika menyentuh USD 1.350/troy ounce pada akhir Oktober, ia akan melaju lebih tinggi lagi hingga USD 1.500 pada Desember nanti, atau naik 13% dibandingkan saat ini. 16 dari 22 pedagang emas besar yang disurvey oleh Bloomberg juga mengatakan pekan depan harga emas akan naik, dan masih akan terus naik.

Dan Dinar, meski tak diperdagangkan di Sabtu pagi, price meternya telah menyentuh Rp 1.640.370. Titik tertingginya pula.

Akhir-akhir ini pun, melalui Twitter, YM dan bertemu langsung, saya mendengar 2 pertanyaan paling heboh :
- Harga emas sedang tinggi, apakah sekarang saatnya menjual ?
- Harga emas sedang tinggi, apakah saat yang tepat untuk membeli ?

Dan dua pertanyaan ‘sederhana’ itu tak perlu dijawab dengan analisis dan prediksi-prediksi. Jawabannya berpulang pada Anda. Apa motif jual dan beli emas atau Dinar Anda ?

Jika Anda sudah simpan minimal setahun dan merasa telah merasakan keuntungan dari naiknya harga emas itu, kemudian ada objek investasi lain yang lebih menguntungkan, misalnya investasi riil dalam bentuk rumah makan, Anda tak perlu pikir panjang lagi. Lepas emas Anda sejumlah yang diperlukan lalu re-investasi di tempat lain. Jika Anda jual atau gadaikan emasnya, hanya karena merasa bahwa keuntungan berlipat dibanding pertama kali Anda investasikan, kemudian tak tahu akan diapakan dana itu, lebih baik tak perlu Anda jual.

Sama halnya bagi Anda yang menyimpan emas atau Dinar itu untuk cadangan dan berjaga-jaga. Misalnya biaya pelunasan sekolah anak Anda yang masuk kuliah S-2. Anda sedang butuh, maka jual saja. Dengan motif cadangan ini, maka saat yang tepat menjual emas adalah SAAT DIBUTUHKAN.

Pertanyaan satu lagi, apa di saat harga sedang tinggi begini adalah saat yang tepat membeli emas? Ilmu masa depan hanya milik Allah, dan jika motif Anda adalah investasi minimal 1 tahun, maka tak ada kata terlambat – tak ada kata terlalu cepat – tak kenal kata ‘waktu yang salah’, untuk investasi pasif dalam bentuk emas / Dinar. Mengapa? Cukuplah kita tengok data puluhan tahun, dimana emas menunjukkan kenaikan terus menerus, secara rata-rata diatas 20% per tahun. Pada 2010 saja, per akhir September emas telah naik 17,96%.

Wallahua’lam

Wassalam