GOLD PRICE IS IN YOUR HAND!!

Unduh gratis aplikasi pemantau harga emas kami, untuk pengguna BlackBerry klik http://www.salmadinar.com/ota dan pengguna Android klik http://www.salmadinar.com/android langsung dari device Anda

24hr Gold Dinar Chart

24hr Gold Dinar Chart

Selasa, 28 Desember 2010

AYO NATURALISASI EMAS NEGERI



Written by Endy Junaedy Kurniawan

Mengapa pembelaan kita untuk penguasaan cadangan emas dunia kembali di pangkuan ibu pertiwi harus sama ngototnya dengan dukungan kita untuk Timnas yang sedang berjuang untuk nama baik bangsa di ajang AFF?

Karena kitalah yang paling berhak makmur dan sejahtera dengan cadangan harta hakiki itu. Ragam mineral dan komoditas tambang itu berserakan di muka tanah dan terpendam rapih tetap berharga di perut bumi nusantara. Mulai tembaga, alumunium, tembaga, emas kuning hingga emas hitam berupa minyak bumi. Di hamparan pulau-pulau yang tertata berderetan dengan indah tersedia lahan subur yang menghasilkan buah dari kebun-kebun, bulir dari sawah-sawah siap panen. Dari bagian lain yang kurang subur berdiri pabrik-pabrik yang siap berproduksi, lalu siap dikonsumsi seperempat milyar manusia penduduknya, yang selain jadi konsumen juga menjadi angkatan kerja yang besar sekali jumlahnya.

Hampir tak mungkin membicarakan emas sebagai isu geologi dan industri pertambangan semata. Tak mungkin membicarakan emas dan memisahkannya dengan penguasaan dan penjajahan ekonomi, motif politik global, bahkan agama. Jika topik diskusi kita semata soal nilai dan asal-usul emas, maka dialog ini seharusnya telah berhenti sejak lama. Emas adalah hasil tambang langka yang jadi lambang kekayaan mulai jaman pra sejarah, sudah jadi fitrah. Tak bisa dibantah.

Gold. Glory. Gospel. Tiga motif yang jadi simbol kick-off dimulainya perlombaan memangsa kekayaan Nusantara oleh Portugis
dan Spanyol adalah fakta yang telah menjadi kesadaran sejarah. Motif primitif dan abadi yang menggabungkan nafsi penguasaan kekayaan alam dan ekonomi, kejayaan, serta agama. Dengan berbagai bentuknya kita bisa mudah mengenali dalam penjajahan abad modern, tiga motif ini menjelma kembali, termasuk – sekali lagi - terjadi bagai déjà vu di bumi Indonesia semenjak kita tunduk sepenuhnya pada aturan dan pengendalian barat, salah satunya semenjak tahun 1967 ketika kita menjadi anggota IMF.

Dari saat merdeka, kita hanya mampu mengkoleksi tak sampai 80 ton emas sebagai cadangan kekayaan negara, atau hanya 4.3% dari total cadangan devisa. Padahal per tahun, tambang kebanggaan kita di gunung tertinggi di Papua saja bisa mengeluarkan 300 ton dari dalam perutnya. Tak mungkin emas-emas itu menguap begitu saja. Harta berharga itu diangkut secara legal ke sebuah negara yang hingga sekarang menjadi adidaya karena 8.000 ton cadangan emasnya, sehingga kita bisa apa-apa.

Negara-negara yang ‘sadar emas’ seperti Cina, sekarang makin rakus mengumpulkan emas sebagai cadangan. Mereka tak ingin jerih payah milyaran rakyatnya yang memproduksi barang-barang yang membanjiri pasar negara di seluruh dunia jadi mubazir dengan menyimpan produk-produk di sektor keuangan yang berbasis uang kertas.

Institusi apapun, dan negara manapun, biarpun sembunyi-sembunyi, tetap harus mengakui bahwa emas lah harta yang hakiki. Menyimpannya untuk pertahanan dan kekuatan cadangan. Melepasnya untuk mendapatkan suntikan dana segar berupa uang tunai. Demikian pula ketika IMF melepas 403 ton cadangan emasnya, semata untuk mempercantik kondisi keuangannya berupa penambahan dana segar sebesar USD 7,6 Miliar. Bank sentral India (dan juga kabarnya Cina), serta beberapa negara kecil di kawasan Asia adalah pihak yang membeli cadangan emas IMF ini.

Jika menengok ke belakang, sepanjang tahun 2010 yang akan segera berakhir ini tak ada peristiwa besar yang bisa menghentikan trend kenaikan harga emas. Investor tradisional di beberapa negara Asia adalah salah satu yang mendorong permintaan sangat tinggi sehingga membuat harga melonjak. Mereka memilih menyimpan logam mulia, jenis investasi ‘primitif’ tanpa deviden, tanpa terkena pengaruh bunga dan kebal inflasi.

Kembali ke poin pembuka : final AFF Indonesia vs Malaysia.

Yang layak kita lakukan saat ini, mendoakan kemenangan timnas di ajang AFF, sebuah hiburan yang jadi penghilang dahaga keringnya prestasi dalam jangka lama, juga pelipur atas berbagai luka dan duka yang mendera tiap sendi kehidupan di dalam negara.

Sebagaimana juga kita perlu doa dan ikhtiar untuk tercapainya sejahtera bagi masyarakat Indonesia. Kemakmuran yang ditandai
berputarnya roda ekonomi dan seimbangnya sektor produksi dan konsumsi, juga tersimpannya dengan baik hasil jerih payah bangsa dalam bentuk cadangan emas yang memadai.

Kata zahab yang berarti emas di dalam Al-Quran disebut sebanyak delapan kali. Sejak awal, emas dalam Islam adalah penyimpan kekayaan sekaligus sebagai alat tukar yang asli dan hakiki. Dengan simpanan emas lah negeri-negeri Islam makmur dan berjaya.

Meskipun naturalisasi adalah istilah dalam konteks kewarganegaraan, layak saat ini kita juga mulai memikirkan untuk me’naturalisasi’ emas yang muasalnya adalah milik kita, untuk kembali ke pangkuan Indonesia.

Allahua’lam.

Sabtu, 04 Desember 2010

REVIEW BUKU : THINK DINAR! SEBUAH KADO UNTUK PENYADARAN FINANSIAL UMMAT



Oleh : Endy Junaedy Kurniawan

Dalam suasana Hijrah di seputar 1 Muharram, di tengah keinginan yang semakin mengkristal untuk kembali ke sistem ekonomi Islam sebagai pengganti sistem ekonomi yang saat ini makin tua dan sakit-sakitan, setelah mempersiapkan kelahirannya selama 8 bulan, alhamdulillah buku kami Think Dinar! telah siap diedarkan dan sampai ke tangan pembaca.
Sebagai penulis, saya menyadari belakangan bahwa selain berisi ajakan untuk selamat secara ekonomi saat ini dan mempersiapkan diri untuk masa depan dengan basis moneteri Islami dengan mata uang asli Islam yaitu Dinar dan Dirham, buku ini sesungguhnya berisi juga pengetahuan tentang EKONOMI, panduan INVESTASI serta MOTIVASI untuk memperjuangkan kesejahteraan.

Buku ini berisi 6 bab, tebal 320 halaman, diterbitkan oleh Asma Nadia Publishing House (ANPH). Meski cukup tebal, semoga tak membuat berat untuk dibaca. Sebaliknya, karena tematik, kami berharap ringan dan aplikatif.

Di bagian awal buku : AYO JADI MUSLIM KAYA disajikan dorongan untuk kaya harta, sebagaimana contoh dan teladan yang ditunjukkan generasi awal umat Islam, yang mempraktekkan segala aspek dalam ajaran Islam dengan menyeluruh, sehingga menghasilkan banyak kisah kesuksesan yang terus menjadi inspirasi hingga kini. Bahwa kaya hati dan batin akan lebih sempurna dan tinggi nilainya ketika seseorang memiliki kekuatan harta. Dengan harta itu seseorang bisa menjalankan fungsi sosialnya dengan lebih baik, dengan harta itu seseorang bisa mendapatkan posisi tinggi di hadapan Rabb-nya, dengan cara menginfakkan harta di jalan agama.

Di bagian kedua, EKONOMI KAPITALIS, ANTARA MITOS dan FAKTA, disajikan ‘jebakan’ yang mengancam di sekitar kita dan fakta yang ada di balik itu semua. Ancaman itu adalah system ekonomi kapitalis yang bahkan telah jadi praktek biasa di keseharian kita, jadi nafas yang mengisi paru-paru aktivitas ekonomi kita, jadi darah yang membawa oksigen ke praktek bisnis dan transaksi, hingga menjadi inspirasi dalam hal investasi individual dan rumah tangga. Semua akan dibongkar untuk menjadi penyadaran bagi kita, bagaimana sebaiknya mengambil sikap dalam kaitannya menyelematkan kekuatan ekonomi keluarga.
Bab ketiga, THINK DINAR, berisi intisari ajakan untuk hijrah yang menjadi pesan utama buku ini. Pada bab ini disajikan berbagai ajakan aplikatif untuk menerapkan Dinar sebagai alat investasi sebagai bentuk persiapan menuju reformasi moneter ketika Dinar dan Dirham jadi alat tukar yang resmi.

Pada bagian keempat, RAHASIA KEKUATAN DINAR EMAS, kita akan menyelami fakta-fakta yang diturunkan melalui wahyu maupun bukti ilmiah bahwa motif dibalik penciptaan emas sebagai alat simpan harta dan sebagai alat tukar adalah demi kesejahteraan manusia. Selain itu, kita juga disajikan fakta-fakta yang terjadi di sekitar kita yang mendorong naik-turunnya nilai emas sebagai kandungan utama Dinar.

Di bagian akhir buku, bab V tentang DINAR ISLAM SEBAGAI SOLUSI MASA DEPAN dan bab VI EKONOMI ISLAM YANG MENSEJAHTERAKAN, banyak mengajak pembaca untuk melihat kembali pilar-pilar ekonomi Islam yang jika diterapkan sesuai nilai asalnya, ditambah akhlaq pelakunya, akan menjadi jawaban segala persoalan ekonomi yang ada sekarang. Mengembalikan kejayaan dan kesejahteraan umat manusia, bukan hanya umat Islam, yang pernah menerangi bumi ini selama kurang lebih 1.500 tahun lamanya.
**
Jika kita membuka lembaran-lembaran sejarah untuk melihat sepak terjang umat manusia, niscaya kita akan mengetahui bahwa umat Islam ketika menempuh metodologi (manhaj) Islam dalam segala aspek kehidupannya, maka mereka hidup dalam kejayaan, kecemerlangan, dan mampu merealisasikan banyak kemajuan dan penemuan.

Pesan kedua buku ini yang tak kalah penting adalah perlunya umat menyadari bahwa ekonomi Islam dapat tegak tidak hanya dengan alat tukar dan penyimpan nilai dalam bentuk Dinar maupun Dirham, melainkan juga dengan bergeraknya sektor riil produktif serta zakat-infaq dan shadaqoh, kebijakan terkait kesejahteraan masyarakat, politik dan kekuasaan yan mendukung, serta berbagai hal dalam praktek ekonomi yang bergerak bersama dalam bangunan Islam yang kokoh, maka tugas kita saat ini adalah menyatupadukan gerakan-gerakan ekonomi Islami.

Semoga buku ini bermanfaat untuk siapapun yang membacanya. Amiin.

PEMESANAN :
Perlu sedikit waktu setelah selesainya proses pencetakan pada 16 Desember sebelum dilakukan pengiriman ke jaringan TB Gramedia, Gunung Agung dan TM BookStore.
Bagi yang berminat, dan tidak bisa menunggu buku ini masuk toko, pre-order melalui kami dipersilakan.
Pesan sebelum tanggal 16 Desember akan dapatkan DISKON 30% dari Rp 57.000 menjadi Rp 39.900 + biaya kirim tergantung lokasi.

Mohon lengkapi data dibawah kemudian langsung kirim email ke penulis : endy.kurniawan@gmail.com
NAMA :
ALAMAT LENGKAP :
NO HP :
JUMLAH PESANAN :

Tentang ANPH : Asma Nadia Publishing House. Penerbit spesialis buku-buku sarat nutrisi. Belum genap setahun, telah menerbitkan belasan buku yang laris-manis. Dipimpin oleh Asma Nadia, penulis produktif yang telah menghasilkan 41 buah buku. ANPH adalah penerbitan yang terus menularkan virus kepenulisan melalui berbagai workshop, membangkitkan kesadaran tentang investasi abadi yang pahalanya tiada henti : infaq ilmu dengan menulis.