Salma Dinar adalah distributor Dinar, Dirham dan Emas batangan produksi ANTAM. Hubungi kami & SentraDinar untuk mengikuti PROGRAM KHUSUS CICIL DINAR & EMAS BATANGAN - FLAT RATE, KERJASAMA DENGAN BANK SYARIAH MANDIRI
GOLD PRICE IS IN YOUR HAND!!
Unduh gratis aplikasi pemantau harga emas kami, untuk pengguna BlackBerry klik http://www.salmadinar.com/ota dan pengguna Android klik http://www.salmadinar.com/android langsung dari device Anda
24hr Gold Dinar Chart
Sabtu, 31 Januari 2009
Bukti Stabilitas Dinar & Dirham
Beberapa bukti sejarah yang sangat bisa diandalkan karena diungkapkan dalam al-Qur’an dan Hadits dapat kita pakai untuk menguatkan teori bahwa harga emas (Dinar) dan perak (Dirham) yang relatif tetap sedangkan mata uang lain yang tidak memiliki nilai intrinsik terus mengalami penurunan.
(Al-Kahf 019)
Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini?)". Mereka menjawab: "Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari". Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seseorang pun.
Di surat Al Kahfie ayat 19 tersebut diatas diungkapkan bahwa mereka meminta salah satu rekannya untuk membeli makanan di kota dengan uang peraknya. Tidak dijelaskan jumlahnya, tetapi yang jelas uang perak. Kalau kita asumsikan para pemuda tersebut membawa 2-3 keping uang perak saja, maka ini konversinya ke nilai rupiah akan berkisar Rp 60,000 – Rp 90,000. Dengan uang perak yang sama sekarang (1 Dirham sekarang sekitar Rp 30,000 – apabila tidak dikenakan biaya pencetakan yang berlebihan) kita dapat membeli makanan untuk beberapa orang. Jadi setelah lebih kurang 18 abad, daya beli uang perak relatif sama. Coba bandingkan dengan Rupiah, tahun 90-an akhir sebagai anak kos saya bisa makan satu bulan dengan uang Rp 300,000,-. Apakah sekarang ada anak kos yang bisa makan satu bulan dengan uang hanya Rp 300,000 ? jawabannya tentu tidak. Jadi hanya dalam tempo kurang dari 10 tahun saja uang kertas kita sudah amat sangat jauh perbedaan nilai atau kemampuan daya belinya.
Mengenai daya beli uang emas Dinar dapat kita lihat dari Hadits berikut :
”Ali bin Abdullah menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, Syahib bin Gharqadah menceritakan kepada kami, ia berkata : saya mendengar penduduk bercerita tentang ’Urwah, bahwa Nabi S.A.W memberikan uang satu Dinar kepadanya agar dibelikan seekor kambing untuk beliau; lalu dengan uang tersebut ia membeli dua ekor kambing, kemudian ia jual satu ekor dengan harga satu Dinar. Ia pulang membawa satu Dinar dan satu ekor kambing. Nabi S.A.W. mendoakannya dengan keberkatan dalam jual belinya. Seandainya ‘Urwah membeli tanahpun, ia pasti beruntung” (H.R.Bukhari)
Dari hadits tersebut kita bisa tahu bahwa harga pasaran kambing yang wajar di zaman Rasulullah, S.A.W adalah satu Dinar. Kesimpulan ini diambil dari fakta bahwa Rasulullah S.A.W. adalah orang yang sangat adil, tentu beliau tidak akan menyuruh ‘Urwah membeli kambing dengan uang yang kurang atau berlebihan. Fakta kedua adalah ketika ‘Urwah menjual salah satu kambing yang dibelinya, ia pun menjual dengan harga satu Dinar. Memang sebelumnya ‘Urwah berhasil membeli dua kambing dengan harga satu Dinar, ini karena kepandaian beliau berdagang sehingga ia dalam hadits tersebut didoakan secara khusus oleh Rasulullah, S.A.W. Diriwayat lain ada yang mengungkapkan harga kambing sampai 2 Dinar, hal ini mungkin-mungkin saja karena di pasar kambing manapun selalu ada kambing yang kecil, sedang dan besar. Nah kalau kita anggap harga kambing yang sedang adalah satu Dinar, yang kecil setengah Dinar dan yang besar dua Dinar pada zaman Rasulullah S.A.W maka sekarangpun dengan 1/2 sampai 2 Dinar (1 dinar sekarang sekitar Rp 1.400,000) kita bisa membeli kambing dimanapun di seluruh dunia – artinya setelah lebih dari 14 abad daya beli Dinar tetap. Coba bandingkan dengan daya beli uang kertas yang ada di dunia ini yang cenderung menurun kemampuannya.
Dari fakta ini diharapkan anda memiliki pemahaman bahwa sebenarnya harga dinar dari dahulu sampai sekarang adalah tetap namun daya beli uang pembandingnyalah yang mengalami penurunan kemampuan daya beli.
-Selamatkan jerih payah anda untuk masa depan yang lebih baik-
semoga manfaat
Wass
Kamis, 29 Januari 2009
Awal Proyek Besar Penyelamatan Kekayaan Umat
Semenjak Salma Dinar belajar bergerak dan mulai merangkak mulai bulan November 2008 lalu, alhamdulillah lebih dari seperempat Milyar rupiah dana masyarakat terselamatkan.
Kita menyebutnya penyelamatan, mengapa ?
Karena dana yang dimiliki tadi selamat untuk tidak mengalir tak tentu dalam bentuk deposito, saham, tabungan biasa dan valuta asing.
Mereka mempercayakan dananya, dengan ijin Allah, untuk disimpan / diinvestasikan dalam bentuk Dinar emas, yang telah dan akan terus kita teriakkan dan perjuangkan penggunaannya di masyarakat.
Sebagian dari mereka menabung untuk haji, mempersiapkan biaya nikah dan mahar, menyelamatkan uang pesangon pensiun, menarik tabungan yang didapat dari bonus tahunan perusahaan, menabung biasa dari kelebihan pendapatan bulanan, dan lainnya. Pada dasarnya, motifnya satu yakni menyelamatkan nilai kekayaan mereka dari kehancuran.
*) Pendapat yang keluar dari mereka ini kami cantumkan di kolom testimony di bagian kanan blog salmadinar ini.
Bagi pembaca yang mengamati cukup lama ekonomi Islam, termasuk di dalamnya Dinar Islam, konsepsi anti-riba, keadilan dan kemakmuran dalam Islam, kita pasti dapat menemukan, bahwa ujung pangkal berbagai krisis ekonomi, perampokan asset dan kekayaan perorangan, perusahaan dan Negara, salah satunya adalah uang kertas.
Seluruh medium transaksi kita, yaitu uang kertas, muatan sistemnya, yaitu riba, serta proses money creation melalui ketentuan cadangan minimum di bank, kita ketahui telah haram. MUI pun telah memfatwakan keharamannya. Perihal praktik ini dikupas di buku pak A. Riawan Amin, Satanic Finance yang terkenal itu.
Syaikh Hasan Al-Banna rahimahullah mengatakan setiap dari kita memiliki peran untuk mengkontribusikan batu bata bangunan Islam, yang (seharusnya) kokoh, rapi dan utuh ini.
Dan sesungguhnya, upaya bersama kita, untuk mengalihbentuk kekayaan kita dari asset hampa menjadi asset yang hakiki berupa Dinar (dan Dirham) Islam, adalah bagian bentuk membangun bersama bangunan Islam tersebut.
GeraiDinar, seluruh jaringan keagenan, dan masyarakat sebagai pengguna (sekaligus investor), insha Allah saling menguatkan untuk 2 tujuan besar yang kita cita-citakan, yaitu :
- Pertama, menyelematkan kekayaan ummat, kemudian
- Kedua, membangun ekonomi Islam yang adil dan mensejahterakan
Bayangkan jika dalam 3 bulan ini, SalmaDinar secara sendiri bisa menjadi mediator terselamatkannya uang lebih dari 250 juta rupiah, maka dalam setahun kira-kira akan ada 1 Milyar rupiah kekayaan yang akan tetap bertahan di kantong-kantong, dompet dan lemari-lemari umat Muslim
Jika 7 jaringan keagenan yang lain ditambah GeraiDinar langsung bekerja simultan, maka bisa mencapai 10 Milyar per tahun.
10 Milyar mungkin angka yang kecil dibanding jumlah peredaran uang di masyarakat, secara nasional maupun internasional. Namun 10 Milyar itu adalah 10 Milyar yang hakiki. 10 Milyar setahun yang secara perlahan akan meruntuhkan hegemoni ekonomi kapitalis yang menghancurkan. 10 Milyar yang tidak pernah beredar di lembaga keuangan untuk membiayai praktik bisnis kotor, atau menjadi kucuran kredit kepada konglomerat hitam - bukannya pengusaha dan petani kecil yang sangat memerlukan tambahan modal, 10 Milyar yang tidak liar dan mengalir keluar untuk menjadi peluru, misil dan tank yang membunuhi saudara-saudara kita di Palestine, Pakistan, Kashmir, Irak, Somalia dan Afghanistan.
Allahua’lam.
Senin, 26 Januari 2009
Where To Go?...
Dua tahun belakangan ini sebelum krisis global terjadi, banyak individu maupun organisasi yang bermain di pasar modal lokal maupun internasional menikmati keberuntungan yang tidak sedikit jumlahnya, setidaknya memang itulah yang ditawarkan oleh pasar modal yang semu itu.Lalu datanglah krisis global yang melanda dunia yang kini berstatuskan terkurung didalam sistem ekonomi liberal yang bertanggung jawab atas imbas negatif yang ditimbulkannya terhadap masyarakat bumi ini.
Karena kita semua berada dalam sistem ekonomi liberal yang sama dan telah diciptakan oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab untuk menguntungkan diri mereka sendiri dan merugikan sebagian manusia lainnya maka tentunya sistem ini sangatlah tidak sesuai dengan nilai-nilai ekonomi islam yang seharusnya kita dukung yaitu sistem ekonomi yang berusaha mensejahterakan pelakunya tanpa menzalimi pihak lain yang mana keuntungannya dapat dirasakan bersama dan kerugiannya dapat ditanggulangi bersama tidak seperti anjloknya saham yang terjadi belakangan ini dimana seseorang dapat mengalami kerugian yang cukup banyak akibat tindakan pihak lain.Dan kenyataannya dalam sistem ekonomi liberal yang sudah kebablasan ini nilai yang diberikan kepada saham-saham tertentu tidaklah mencerminkan nilai yang sesungguhnya, hal ini jugalah yang terjadi pada uang kertas yang kita biasa gunakan untuk melakukan transaksi ekonomi di dunia ini.Maka tidaklah membingungkan kemampuan daya beli uang kertas makin hari makin melemah saja, seingat saya dahulu dengan uang 15.000 perak kita dapat membeli satu ekor ayam di pasar namun sekarang 15.000 perak hanya cukup untuk membayar makan siang kita saja.
Setelah dunia sadar akan kerugian yang diterimanya maka berbondong-bondong saham dilepas dan orang-orang lebih nyaman memegang uang kertas dan menyimpannya didalam bank-bank tertentu baik itu dalam bentuk tabungan maupun bentuk deposito.Inilah rasa aman yang salah menurut saya, coba bayangkan dan hitunglah dengan adanya penurunan kemampuan daya beli uang kertas dan inflasi rata-rata yang terjadi dan telah kita alami sebelumnya maka dapat kita simpulkan tak ada satupun produk perbangkan saat ini yang dapat memberikan keuntungan yang tepat pada nasabahnya.
Saran kami dari Salmadinar adalah gunakan uang-uang anda untuk menggerakkan sektor riil yang ada dilingkungan masyarakat anda masing-masing karena investasi riil yang dikelola dengan baik merupakan peluang utama dalam meraih keuntungan yang nyata.Atau jika anda terlalu sibuk untuk menjalankan hal ini setidaknya pilihlah platform investasi yang telah terbukti tangguh bahkan menjadi solusi bagi investor dalam menghadapi krisis global kemarin,yaitu investasi yang mengizinkan anda tetap menguasai asset anda equal dengan nilai yang telah anda investasikan.Bukan hanya selembar kertas yang tak bermakna seperti saham, dan pilihlah platform investasi yang dapat memberikan return lebih besar dari nilai inflasi yang terjadi di negara ini.Dinar yang berbasiskan emas merupakan pilihan terbaik sepanjang masa untuk melakukan investasi tersebut.Seperti fakta data yang diberikannya dalam graphic performance yang dapat anda lihat dalam blog ini.
“Jagalah harta-harta mu dan manfaatkan dalam jalan kebaikan semoga menjadi barokah bagimu dan umatmu “
-Wass-
Rabu, 21 Januari 2009
The Bubble Economics
Siapa bilang angka 1.000 tidak banyak membuat perbedaan ?
Letakkan ”USD” di depannya, maka kita bisa ke Mangga Dua dan mendapatkan satu unit notebook kelas menengah plus printer.
Letakkan ”Rp” di depannya, maka jadilah ia sehelai kertas yang hanya cukup untuk membayar pak pengatur parkir kendaraan ketika kita berhenti membeli obat di apotik. Itupun seringkali dia minta tambah 1000 lagi, jika yang kita parkir adalah mobil.
Materialisme, kapitalisme dan liberalisme adalah ilmu yang sangat sederhana. Tidak perlu satu semester untuk belajar bagaimana mekanisme penguasaan dan eksploitasi sumber ekonomi oleh yang kuat terhadap yang lemah, bagaimana instrumen ekonomi makro dan mikronya bekerja, dan lain-lain. Cukup kita buka sebuah buku tipis dengan judul ”Kurs / Nilai Tukar Mata Uang” maka kita sudah dapat memahami prinsip kerjanya. Karena cukup dengan itulah, negara-negara besar mengatur, mengendalikan dan menguasai negara lain. Tidak menguasai negaranya secara de yure, namun aset-aset riil di dalamnya. Inilah intisari dari PERANG EKONOMI yang kita kenal sejak lama.
Komoditas mana, yang jika di-ekspor, paling menguntungkan Amerika ? Jawabannya jelas : THE GREEN atau US Dollar itu sendiri. Komoditas ini yang terus digelontorkan keluar dari Amerika, dan dengan lihainya mereka tetapkan ia menjadi patokan untuk hampir seluruh transaksi di dunia. Sehingga dengan hanya memain-mainkan sentimen yang mempengaruhi nilai tukar, atau dengan spekulasi tertentu, komoditas tak berharga itu bisa menghancur-hancurkan ekonomi sebuah negara, kemudian dengan menggunakan topeng MALAIKAT PENOLONG bernama IMF, barat datang menjajakan berbagai formula ekonomi yang ujung-ujungnya memaksa negara yang dibantu untuk menyerahkan bulat-bulat aset-aset riil pertambangan, industri, bahkan SDM kepada si penjajah ekonomi baru.
Perayaan Iedul Fitri kita 2 pekan lalu memang sungguh seru. Kita asyik sekaligus was-was memperhatikan tekanan demi tekanan yang menghempaskan pasar modal / bursa saham seluruh regional. Perusahaan-perusahaan besar bertumbangan, termasuk di dalam negeri. Kita lihat pula tingkah polah otoritas keuangan setiap negara menerapkan kebijakan beraneka ragam untuk menyelematkan ekonomi negaranya masing-masing. Mereka meneriakkan ”Jangan Panik !!”, sementara hati mereka sendiri kecut.
Lehman Brothers sekedar bom besarnya dan seolah menjadi pemicu utama dari krisis finansial yang melanda, karena kharisma dan sejarah yang melegenda serta nilai kehancurannya yang luar biasa. Padahal di seputarnya, banyak lagi perusahaan yang rontok satu demi satu ditumbangkan krisis kredit perumahan.
Sejak awal krisis ini, semua pihak yang bersekutu telah sadar bahwa semua surat utang (MBS, CDO, CDO squared), beserta seluruh asuransi-asuransinya, didasarkan pada Kredit Perumahan yang diberikan kepada mereka yang sebenarnya tidak layak mendapatkannya (SUB-PRIME). Namun semua pihak yakin hal itu masih bisa ditoleransi karena harga rumah di AS selalu meningkat sejak 1987. Mereka pikir, jika pun gagal bayar, harga rumah yang disita masih lebih tinggi dari kewajiban KPR plus bunganya.
Ketika harga rumah berhenti naik, bahkan turun mulai tahun 2006, satu persatu merasakan dampaknya. Washington Mutual yang memberikan KPR, Fannie Mae & Freddie Mac yang menerbitkan MBS, Lehman Brothers yang menerbitkan CDO (Collaterized Debt Obligation, semacam surat utang yang digunakan untuk men-sekuritisasi surat utang lainnya yang bernama MBS, dimana MBS ini adalah surat utang yang didasarkan pada KPR), AIG yang menyediakan asuransi, dan berbagai lembaga keuangan lainnnya. (Krisis Global Jilid Satu : 2008, Adiwarman A. Karim, Harian Republika, 13 Oktober 2008)
Itulah peradaban yang dibangun dengan ekonomi semu yang menggelembung sangat cepat tanpa fundamental. Tinggal menunggu waktu untuk kempes atau meledak dan membawa kehancuran.
Itulah hasil dari praktik ekonomi yang ditegakkan oleh pilar-pilar Uang Kertas (Fiat Money), Ketentuan Cadangan Minimal di Bank (Fractional Reserve Requirement) dan Bunga (Interest) (A. Riawan Amin, Satanic Finance : True Conspiracies, Celestial Publishing).
Uang yang beredar adalah byte-byte yang ada komputer. Uang-uang itu tidak pernah ada secara nyata. Indikator ekonomi makro itu semu, performa keuangan itu mimpi-mimpi kosong belaka.
Yang lebih lucu lagi adalah ulah ”W” (merujuk film terbaru Oliver Stone tentang biografi George W. Bush, ”W” diambil dari nama tengahnya / Walker), dengan diplomatis mengajak dunia bersatu melawan krisis yang telah dia sponsori sendiri.
Ini seperti melihat seorang anak kecil yang bermain api di dalam rumahnya, yang kemudian api itu membesar dan membakar rumah se-kelurahan, lalu anak kecil itu berteriak ”Lupakan rumah kalian yang terbakar, tolong padamkan api di rumahku ini.”
Maka api itu telah membakar seluruhnya. Tidak ada yang bisa diselamatkan.
Perhatikan dengan seksama, sesungguhnya kita menjadi saksi, bahwa ekonomi ini akan terus meminta korban hingga ia kembali ke fitrah ekonomi Islam yang adil dan seimbang.
Senin, 19 Januari 2009
Perencanaan ONH berbasis dinar
Mungkin total kira-kira biaya haji sekarang berapa ya?..
Jawabannya adalah sekitar 42.000.000 rupiah, oh berarti kalau kita inginkan ibadah tersebut dapat terlaksana kita setidaknya harus mengeluarkan dana atau mengumpulkan dana sebesar itu ya.
Berarti jika dana kita tak cukup tentunya kita haruslah menabung dari sekarang,pada umumnya masyarakat tentunnya memilih cara membuka tabungan berbasis uang kertas (Rupiah) namun pada kesempatan ini saya akan sharing mengenai keunggulan menabung Haji berbasis dinar :
ILUSTRASI 1 : Tabungan Rupiah
*) Asumsi tingkat bunga / bagi hasil adalah 6% per tahun
**) Pada tahun ke-5, uang yang ditabung telah mencukupi untuk pembayaran ONH, namun belum menutupi biaya lainnya
***) Pada tahun ke-6 dan ke-7 kita tidak menabung. Pada tahun ke-7 uang kita tetap belum mampu menutup seluruh biaya
ILUSTRASI 2 : Ditabung dalam bentuk dinar (dengan spend mengikuti harga dinar)
*) Nilai dinar per tahun secara historikal naik 25 – 27%.Namun dalam perhitungan ini, diambil angka moderat yaitu 20%
**) Kita mengupayakan dengan disiplin untuk tetap dapat menabung 4 dinar per tahun, berapapun tingkat harganya
***) Pada tahun ke-5, uang kita telah jauh melebihi seluruh keperluan biaya. Kita masih bisa simpan 2 atau tiga keping dinar untuk persiapan walimatussyafar atau yang lainnya
****) Seandainya kita mendiamkan dinar s.d tahun ke 7, maka dana yang kita punya telah cukup untuk memberangkatkan 1 orang lainnya untuk berhaji bersama kita
ILUSTRASI 3 : Ditabung dalam bentuk dinar (spend rupiah perbulan tetap 500.000)
*) Mirip dengan ilustrasi 2, namun spend kita per-bulan dibuat tetap yaitu Rp 500.000. Dengan cara ini kita anggap daya beli dana kita terhadap Dinar turun. Alhasil, pada tahun 1 dan 2 kita masih sanggup membeli 4 dinar per tahun, namun pada tahun-tahun seterusnya turun, dari 3 dinar, 3 dinar, dan 3 dinar. Jumlah akhir dinar yang kita miliki adalah 17 keping.
***) Pada tahun ke-5, uang kita telah jauh melebihi seluruh keperluan biaya. Kita masih bisa simpan 1 atau 2 keping dinar untuk persiapan walimatussyafar atau yang lainnya
****) Seandainya kita mendiamkan dinar s.d tahun ke 7, maka dana kita menjadi Rp 85 juta-an
Setelah melihat ilustrasi tersebut maka dapatlah kita ambil kesimpulan seperti dibawah ini :
. Terutama bagi karyawan yang memiliki penghasilan tetap per bulan, usaha keras kita harus dilindungi dari kesia-siaan dan kehancuran nilainya. Terlebih lagi terhadap upaya kita untuk ibadah ke tanah suci.
. Dengan menabung dalam bentuk Dinar, dana kita berkembang dengan baik dan menguntungkan
. Menabung dalam bentuk Dinar telah menutup 2 peluang ketidakpastian yang mengancam kita, yaitu : INFLASI dan DEPRESIASI
. Perhitungan pada ilustrasi 2 dan 3 itu bahkan telah mengeliminir jika ONH harus naik 5 s.d 10% pada tahun ke-5. Dana yang kita miliki tetap memadai.
. Kasus yang sama tidak akan bisa diantisipasi jika kita menyimpan dalam bentuk tabungan. Uang kita tidak akan mencukupi bahkan jika harus kita tunggu hingga tahun ke-8 dan 9.
Sedangkan Tantangannya adalah :
. Menabung haji menuntut kedisplinan menyisihkan sebagian income kita untuk ditabung
. Untuk memudahkan, dana rutin yang disisihkan dapat dititipkan ke wakala / agen dinar untuk dikelola dan dialihbentuk ke dinar ketika telah mencukupi (dengan kesepakatan terlebih dahulu)
. Untuk keamanan penyimpanan, pelanggan bisa memilih satu diantara 3 cara :
. Disimpan di brankas di rumah (dana yang diperlukan sekitar Rp 3 juta untuk selamanya dengan kapasitas sudah sangat besar)
. Disimpan di deposit box di bank besar (dengan biaya sekitar Rp 250.000 / tahun)
. Dititipkan ke wakala / agen dinar (dengan biaya 5% dari nilai dinar yang dititipkan)
Semoga ketiga ilustrasi diatas dapat membuka wawasan kita dalam memilih bentuk tabungan haji yang lebih bermanfaat
Sebagai catatan jika harga dinar tetap memiliki performance yang baik seperti 10 tahun terakhir dan mudah-mudahan 10 tahun berikut
Semoga bermanfaat
Regards
-salmadinar-
Tabungan Uang Kertas Sulit Dipegang
Apakah yang menyebabkan tabungan uang kertas sulit untuk dikendalikan?...apakah karena tabungannya ataukah karena uang kertasnya ya?...
Mungkin Hal-Hal dibawah ini dapat menjawabnya
Seperti kita ketahui bersama
1. Tingkat bunga / bagi hasil yang rendah dari hasil tabungan kita harus ‘berkompetisi’ dengan inflasi.
2. Tingkat bunga normal untuk tabungan adalah 6% - 8%, atau deposito tertinggi adalah 10%. Sementara tingkat inflasi secara rata-rata dalam 10 tahun terakhir adalah 12,5%.
3. Situasi menjadi lebih buruk, ketika hasil dari tabungan itu nantinya akan kita belanjakan produk / jasa yang nilainya tergantung nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing (USD, Pounds, Euro atau Yen). Misalkan : peralatan elektronik, otomotif, atau jasa perjalanan Haji dan Umroh
4. Rupiah memiliki trend terus ter-depresiasi terhadap USD
5. Inilah 2 hal yang harus dihadapi Tabungan Uang Kertas :
-TINGKAT INFLASI
-DEPRESIASI NILAI TUKAR RUPIAH
Kedua hal diatas adalah faktor eksternal yang hampir tidak mungkin kita kontrol, baik oleh NEGARA, apalagi PRIBADI
Oleh Karena itu bagi masyarakat yang memiliki dana dalam tabungannya dan bermimpi untuk mendapatkan keuntungan dari hal ini sebaiknya berpikir 1000x melihat kenyataan yang telah kita jalani akhir-akhir ini
Dan mulailah mencari platform investasi baru yang lebih menjanjikan seperti berinvestasi dalam sektor riil ataupun investasi dalam emas tentunya melihat performance emas yang cukup baik 10 tahun belakangan ini.
Mungkin Hal-Hal dibawah ini dapat menjawabnya
Seperti kita ketahui bersama
1. Tingkat bunga / bagi hasil yang rendah dari hasil tabungan kita harus ‘berkompetisi’ dengan inflasi.
2. Tingkat bunga normal untuk tabungan adalah 6% - 8%, atau deposito tertinggi adalah 10%. Sementara tingkat inflasi secara rata-rata dalam 10 tahun terakhir adalah 12,5%.
3. Situasi menjadi lebih buruk, ketika hasil dari tabungan itu nantinya akan kita belanjakan produk / jasa yang nilainya tergantung nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing (USD, Pounds, Euro atau Yen). Misalkan : peralatan elektronik, otomotif, atau jasa perjalanan Haji dan Umroh
4. Rupiah memiliki trend terus ter-depresiasi terhadap USD
5. Inilah 2 hal yang harus dihadapi Tabungan Uang Kertas :
-TINGKAT INFLASI
-DEPRESIASI NILAI TUKAR RUPIAH
Kedua hal diatas adalah faktor eksternal yang hampir tidak mungkin kita kontrol, baik oleh NEGARA, apalagi PRIBADI
Oleh Karena itu bagi masyarakat yang memiliki dana dalam tabungannya dan bermimpi untuk mendapatkan keuntungan dari hal ini sebaiknya berpikir 1000x melihat kenyataan yang telah kita jalani akhir-akhir ini
Dan mulailah mencari platform investasi baru yang lebih menjanjikan seperti berinvestasi dalam sektor riil ataupun investasi dalam emas tentunya melihat performance emas yang cukup baik 10 tahun belakangan ini.
Stabilitas Emas
Mengapa emas bisa terjaga daya belinya sedangkan mata uang kertas tidak ?. Jawabannya adalah karena jumlah emas yang sudah diatur oleh Allah sedemikian rupa sehingga secara memadai memenuhi kebutuhan manusia tetapi tidak pernah berlebihan. Alasan lain adalah :
1. Ketersediaan emas di seluruh dunia yang terakumulasi sejak pertama kalinya manusia menggunakannya sampai sekarang diperkirakan hanya berikisar 130,000 ton sampai 150,000 ton. Peningkatannya pertahun hanya berkisar antara 1.5% - 2.0 %. Ini cukup namun tidak berlebihan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang di seluruh dunia jumlah penduduknya tumbuh sekitar 1.2% per tahun.
2. Emas tidak bisa rusak atau di rusak. Bisa berubah bentuk dari keping uang emas menjadi perhiasan yang dicampur bahan lain (perak, tembaga dlsb), namun apabila dilebur perhiasan tersebut dan dipisahkan campurannya maka akan menyisakan jumlah emas yang sama dengan aslinya.
3. Kepadatan nilai yang tinggi sehingga mudah disimpan. Seluruh emas di dunia yang sebesar 150,000 ton muat untuk ditaruh dalam satu kolam renang yag besar.
4. Emas mudah dibentuk, dibagi dan dipecah kecil-kecil sehingga memudahkan untuk menggunakannya sebagai alat tukar dengan cara yang paling primitif sekalipun.
Minggu, 18 Januari 2009
Hakim Yang Adil
Rencana Allah atas Penciptaan Emas dan Perak
Ulama besar Imam Ghazali (1058 M-1111 M) dalam bukunya yang legendaris Ihya Ulumuddin mengungkapkan bahwa Allah menciptakan Emas dan Perak agar keduanya menjadi `Hakim` yang adil dalam memberikan nilai atau harga, dengan Emas dan Perak pula manusia bisa memperoleh barang-barang yang dibutuhkannya.
Yang dimaksud oleh Imam Ghazali dengan Emas dan Perak dalam bukunya tersebut adalah Dinar yaitu uang yang dibuat dari emas 22 karat dengan berat 4.25 gram, dan Dirham yaitu uang yang dibuat dari perak murni seberat 2.975 gram. Standar berat mata uang Dinar dan Dirham ini ditentukan oleh Khalifah Umar Bin Khattab sekitar 400 tahun sebelum Imam Ghazali menulis buku tersebut.
Dalam bentuk dan beratnya yang belum standar, Dinar dan Dirham memang sudah ada sejak sebelum Islam lahir, karena Dinar (Dinarium) sudah dipakai di Romawi sebelumnya dan Dirham sudah dipakai di Persia. Kita ketahui bahwa apa-apa yang ada sebelum Islam namun setelah turunnya Islam tidak dilarang atau bahkan juga digunakan - maka hal itu menjadi bagian dari ajaran Islam itu sendiri, Dinar dan Dirham masuk kategori ini. Di lain pihak apa-apa yang ada sebelum Islam, kemudian dilarang oleh Islam melalui Al Qur`an, atau Al Hadits maka hal tersebut tidak boleh diiikuti oleh Umat Islam. Contoh yang terakhir ini adalah berjudi, berzina, minuman keras, riba dlsb. Di Al Qur`an ketika Allah menceritakan tentang pemuda Ashabul Kahfi, juga menyebut mata uang yang dipakai oleh pemuda tersebut adalah mata uang perak (QS 18:19) - yang dikenal kemudian sebagai Dirham - yang menurut para ilmuwan terjadi sekitar pertengahan abad ke 3 masehi atau kurang lebih 4 abad sebelum Islam.
Pertanyaannya adalah apakah Dinar dan Dirham yang dipakai sejak pra-Islam, kemudian terus dipakai dimasa Rasulullah S.A.W, distandarisasi di jaman Umar Bin Khattab dan kemudian dipakai oleh seluruh umat Islam sampai runtuhnya kekhalifahan Osmaniah di Turki tahun 1924, dapat pula kita pakai dalam kehidupan sehari-hari umat Islam di jaman modern sekarang ini ?. Jawabannya adalah pasti dapat !, kaidahnya adalah sebagai agama akhir zaman - tidak ada satu ajaran Islam-pun - yang out of date. Tinggal tantangannya ada pada diri kita sendiri yang hidup di zaman ini untuk dapat mengimplementasikan solusi yang mengikuti ajaran Islam ini dengan menyeluruh atau kaffah - dan kita kembalikan kepada inti ajaran Al Qur`an dan al Hadits untuk segala permasalahan yang kita hadapi.
Bukti Stabilitas Nilai Dinar dan Dirham
Beberapa bukti sejarah yang sangat bisa diandalkan karena diungkapkan dalam al-Qur’an dan Hadits dapat kita pakai untuk menguatkan teori bahwa harga emas (Dinar) dan perak (Dirham) yang relatif tetap sedangkan mata uang lain yang tidak memiliki nilai intrinsik terus mengalami penurunan.
(Al-Kahf 019)
Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini?)". Mereka menjawab: "Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari". Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seseorang pun.
Di surat Al Kahfie ayat 19 tersebut diatas diungkapkan bahwa mereka meminta salah satu rekannya untuk membeli makanan di kota dengan uang peraknya. Tidak dijelaskan jumlahnya, tetapi yang jelas uang perak. Kalau kita asumsikan para pemuda tersebut membawa 2-3 keping uang perak saja, maka ini konversinya ke nilai rupiah akan berkisar Rp 30,000 – Rp 45,000. Dengan uang perak yang sama sekarang (1 Dinar sekarang sekitar Rp 15,000 – apabila tidak dikenakan biaya pencetakan yang berlebihan) kita dapat membeli makanan untuk beberapa orang. Jadi setelah lebih kurang 18 abad, daya beli uang perak relatif sama. Coba bandingkan dengan Rupiah, tahun 70-an akhir sebagai anak kos saya bisa makan satu bulan dengan uang Rp 10,000,-. Apakah sekarang ada anak kos yang bisa makan satu bulan dengan uang hanya Rp 10,000 ? jawabannya tentu tidak. Jadi hanya dalam tempo kurang dari 30 tahun saja uang kertas kita sudah amat sangat jauh perbedaan nilai atau kemampuan daya belinya.
Mengenai daya beli uang emas Dinar dapat kita lihat dari Hadits berikut :
”Ali bin Abdullah menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, Syahib bin Gharqadah menceritakan kepada kami, ia berkata : saya mendengar penduduk bercerita tentang ’Urwah, bahwa Nabi S.A.W memberikan uang satu Dinar kepadanya agar dibelikan seekor kambing untuk beliau; lalu dengan uang tersebut ia membeli dua ekor kambing, kemudian ia jual satu ekor dengan harga satu Dinar. Ia pulang membawa satu Dinar dan satu ekor kambing. Nabi S.A.W. mendoakannya dengan keberkatan dalam jual belinya. Seandainya ‘Urwah membeli tanahpun, ia pasti beruntung” (H.R.Bukhari)
Dari hadits tersebut kita bisa tahu bahwa harga pasaran kambing yang wajar di zaman Rasulullah, S.A.W adalah satu Dinar. Kesimpulan ini diambil dari fakta bahwa Rasulullah S.A.W. adalah orang yang sangat adil, tentu beliau tidak akan menyuruh ‘Urwah membeli kambing dengan uang yang kurang atau berlebihan. Fakta kedua adalah ketika ‘Urwah menjual salah satu kambing yang dibelinya, ia pun menjual dengan harga satu Dinar. Memang sebelumnya ‘Urwah berhasil membeli dua kambing dengan harga satu Dinar, ini karena kepandaian beliau berdagang sehingga ia dalam hadits tersebut didoakan secara khusus oleh Rasulullah, S.A.W. Diriwayat lain ada yang mengungkapkan harga kambing sampai 2 Dinar, hal ini mungkin-mungkin saja karena di pasar kambing manapun selalu ada kambing yang kecil, sedang dan besar. Nah kalau kita anggap harga kambing yang sedang adalah satu Dinar, yang kecil setengah Dinar dan yang besar dua Dinar pada zaman Rasulullah S.A.W maka sekarangpun dengan 1/2 sampai 2 Dinar (1 dinar sekarang sekitar Rp 800,000) kita bisa membeli kambing dimanapun di seluruh dunia – artinya setelah lebih dari 14 abad daya beli Dinar tetap. Coba bandingkan dengan Rupiah kita. Pada waktu saya SD bapak saya membelikan saya kambing untuk digembala sepulang sekolah, harga kambing saat itu berkisar Rp 8,000. Nah sekarang setelah 35 tahun apakah kita bisa membeli kambing yang terkecil-pun dengan Rp 8,000 ? tentu tidak. Bahkan ayampun tidak bisa dibeli dengan harga Rp 8,000.
Langganan:
Postingan (Atom)