GOLD PRICE IS IN YOUR HAND!!

Unduh gratis aplikasi pemantau harga emas kami, untuk pengguna BlackBerry klik http://www.salmadinar.com/ota dan pengguna Android klik http://www.salmadinar.com/android langsung dari device Anda

24hr Gold Dinar Chart

24hr Gold Dinar Chart

Senin, 23 Mei 2011

UMROH DENGAN DINAR MAKIN MURAH? TAK PERCAYA? DAFTAR SEKARANG JUGA!

Merencanakan kebutuhan keuangan jangka panjang itu mudah. Memilih objek investasi yang tepat untuk mencapainya itu yang tak mudah. Sebagaimana telah sering kita bahas bahwa perencanaan keuangan jangka panjang haruslah bisa menaklukkan ketidakpastian angka inflasi dan depresiasi nilai uang. Sehingga yang harus kita lakukan adalah mencari objek investasi atau penyimpan asset yang naik value-nya berlipat kali diatas inflasi, dan bertahan meski dihajar depresiasi.


Dengan perhitungan sederhana menggunakan rumus Future Value (FV) yaitu FV = PV * (1+r)^n kita bisa menghitung berbagai kebutuhan jangka menengah dan panjang, baik dalam satuan hitung Rupiah, US Dollar, juga Dinar. Dengan formula ini, tahun demi tahun biaya-biaya sesungguhnya turun jika divaluasi dengan Dinar/ emas, termasuk biaya umroh. Misalnya, pada tahun ini biaya umroh reguler adalah 9 Dinar, namun tahun depan, turun menjadi 8 Dinar.


Untuk menjawab kebutuhan masyarakat, dengan mengucap syukur Alhamdulillah, setelah menjajagi kemitraan dan melakukan persiapan cukup lama, SalmaDinar dan Lembaga Penyelenggara Haji Khusus & Umroh ADzikra telah membuka layanan Umroh dengan pembayaran Dinar.


Sekilas tentang program umroh dinar sebagai berikut :

Paket :

- Umroh Reguler (Mekkah, Madinah, Jeddah), bulan Mei 2012 senilai 8 Dinar

- Umroh + Turki bulan Juni 2012, senilai 11 Dinar

* harga di atas adalah perkiraan dalam satuan Dinar. Harga sebetulnya dihitung dalam USD/IDR, kelebihan pembayaran Dinar akan dikembalikan kepada jamaah.


Biaya telah termasuk :

- Workshop "Pengelolaan Keuangan Keluarga Berbasis Dinar"' bersama Endy Junaedy Kurniawan dan Ahmad Gozali

- Manasik umroh 1 minggu sebelum keberangkatan

- Tiket pesawat kelas ekonomi

- Handling fee

- Makan 3 x sehari

- Pengurusan visa

- Guide & Muthawwif berpengalaman

- Transportasi selama di lokasi

- Perlengkapan umroh (travel bag, tas sandal, tas paspor, kain ihram/mukena atas, buku panduan manasik bergo)


Setelah mengisi formulir keikusertaan, kepemilikan Dinar bisa dilakukan fleksibel dengan alternatif :

- Membeli tunai Dinar dari SalmaDinar dan jaringan keagenannya (baik satu per satu atau sekaligus)

- Membuka rekening M-Dinar di Salmadinar.com

- Melakukan cicilan pembelian Dinar melalui cicilemas.com


Batas akhir setoran adalah 31 Januari 2012.

*) Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi : AHADIANSYAH (021 99221113 / 0856 780 8979) di hari kerja atau kirim email ke info.salmadinar@gmail.com

**) Untuk mendownload formulir pendaftaran bisa klik bagian kanan atas web ini, atau ke http://www.mediafire.com/?uzxtx6u0j2qf0sw


Terimakasih

Wassalam

@salma_dinar

Call : 08119422554

SMS : 08551000363

Kamis, 05 Mei 2011

Dinar Peruri : Babak Baru Dalam Penyebaran Dinar

Sejak pertama kali memperkenalkan Dinar emas ke masyarakat lebih dari tiga tahun lalu, kami sudah mengidentifikasi setidaknya ada dua institusi atau lembaga yang bisa mencetak Dinar dengan kwalitas terbaik dibidangnya di Indonesia yaitu Logam Mulia (LM) – PT. Aneka Tambang, Tbk dan Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri). LM memenuhi standar kwalitas terbaik karena produk mereka diakui secara internasional melalui sertifikasi London Bullion Market Association (LBMA), sedangkan Peruri mampu memenuhi standar kwalitas terbaik karena merekalah perusahaan yang memang spesialisasi utamanya adalah dalam bidang percetakan uang – yang selalu menuntut akurasi yang sangat tinggi.

Alhamdulillah perusahaan-perusahaan milik pemerintah tersebut kini keduanya siap merespon kebutuhan Dinar yang ada di masyarakat. Bila selama ini Dinar yang kami sebar luaskan ke masyarakat adalah Dinar yang diproduksi oleh Logam Mulia, tentu ini akan kami lanjutkan karena LM telah berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan Dinar masyarakat secara maksimal. Pada saat yang bersamaan peningkatan kebutuhan Dinar di masyarakat yang tinggi – yang beberapa bulan lalu bahkan sempat harus menunggu 1 – 2 bulan, insyaallah akan segera dapat terpenuhi seluruhnya karena adanya tambahan supply Dinar dari Peruri ini. Kini kami merasa lebih comfortable karena ada dua perusahaan milik pemerintah yang siap mem-backup kebutuhan Dinar yang disebar luaskan melalui situs ini dan agen-agen-nya.

Dinar Peruri yang design dan sample produk-nya sudah kami terima dapat dilihat pada gambar dibawah. Dibandingkan dengan Dinar LM, Dinar Peruri kelihatan lebih kecil karena faktor diameter. Dinar LM berdiameter 23 mm, sedangkan Dinar Peruri berdiameter 20 mm. Untuk mengimbangi diameter yang lebih kecil ini, Dinar Peruri lebih tebal dari Dinar LM. Namun keduanya memiliki berat yang sama 4.25 gram dan kadar karat yang sama pula yaitu 22 karat atau 91.7%. Dari sisi ciri khas design yang mudah dikenali, bila Dinar LM menggunakan gambar timbul berupa Ka’bah di Masjidil Haram – Dinar Peruri menggunakan gambar timbul masjid Istiqlal – Jakarta.

Dinar Peruri

Dinar Peruri

Insyaallah Dinar Peruri ini akan available dalam satu sampai dua bulan kedepan karena saat ini sudah dalam finalisasi process pencetakannya. Bila saatnya nanti Dinar Peruri sudah benar-benar diproduksi, kami akan memberlakukannya secara sama dengan Dinar LM. Selain harga jual dan harga beli-nya yang sama; masyarakat bisa menukarkan Dinar LM yang dipegangnya dengan Dinar Peruri dan juga sebaliknya dari Dinar Peruri ke Dinar LM. Bila stok keduanya ada, klien-klien GeraiDinar dan jaringan agennya boleh memilih salah satu dari keduanya atau kombinasi dari keduanya – tergantung preferensi masing-masing.

Sertifikat Dinar Peruri

Sertifikat Dinar Peruri

Kehadiran Dinar Peruri ini adalah hasil kerjasama Peruri dengan Gerai Dinar. Peruri menyediakan infrastruktur percetakan uangnya yang sangat canggih dengan teamnya yang sangat berpengalaman, sedangkan Gerai Dinar menyediakan bahan baku dan pasarnya. Kerjasama ini juga menandai babak baru dalam penyebaran Dinar ke masyarakat. Pertama masyarakat bisa memiliki pilihan dari Dinar-Dinar yang diproduksi oleh dua perusahaan negara yang masing-masing sangat berkompetent dibidangnya tersebut diatas, dan yang kedua ketersediaan supply Dinar insyaAllah akan menjadi semakin terjamin. Amiin.

Minggu, 01 Mei 2011

BAZAAR MADINAH-PASAR PERMANEN MUAMALAH ISLAMI

sumber : www.geraidinar.com

Alhamdulillah setelah bekerja dan berpikir keras selama delapan bulan terakhir, Bazaar Madinah berhasil dioperasikan mulai hari ini di lokasi yang pertama – Depok. Hadir dalam pembukaan pertama ini adalah tamu-tamu kami dari Bandung dan dari Makassar – mudah-mudahan Bazaar Madinah bisa segera hadir di dua kota terebut juga. Sebagaimana konsep baru lainnya, tentu sangat banyak pertanyaan yang harus kami jawab – sebagian sudah bisa kami jawab dan pecahkan sebagiannya lagi mungkin juga belum sepenuhnya terjawab. Namun ada dua hal yang kami jadikan bekal untuk memulai pekerjaan dan tantangan besar ini – sehingga kami optimis insyaAllah mampu mewujudkannya, dalam bahasa Inggris dua hal ini pengucapannya hampir sama yaitu patient dan passion.

Patient artinya sabar dan telaten, kita perlu kesabaran yang tinggi karena yang kita bangun bukan hanya pasar fisik setelah jadi terus didatangi orang untuk berjual beli seperti yang terjadi pada pembukaan hari ini. Kita ingin lebih dari itu, kita ingin membangun manusia-manusia yang berdagang di dalamnya sebagai manusia yang berbudaya dagang yang tinggi – taat syariah lagi professional. Sedangkan passion artinya gairah dan keinginan yang kuat untuk mewujudkan apa yang ingin kita capai tersebut.

Mengapa kita perlu membangun (kembali) budaya berdagang yang tinggi ini ?. Berdagang ( jual beli) adalah cara menghindar atau melawan riba yang sesungguhnya – dan cara untuk meraih kemerdekaan kita. Tetapi budaya berdagang yang luhur yang terbangun selama sembilan abad sejak awal agama Islam masuk negeri ini di abad 1 Hijriyah atau abad 7 Masehi sampai abad 9 Hijriyah atau abad 16 Masehi, telah dirusak oleh penjajah Portugis mulai abad 16 Masehi dan diperparah oleh penjajahan belanda dari abad 17 sampai abad 20 Masehi.

Salah satu dari bukti tingginya peradaban perdagangan Islam di Nusantara adalah sampai abad 18 yaitu satu Abad lebih setelah penjajah Belanda mengusai Nusantara – ketika mereka hendak mencetak uang – mareka masih harus mencetaknya dalam bentuk Dirham dan berhiaskan tulisan Arab yang berbunyi Derham Min Kompeni Welandawi yang artinya Dirham dari Kompeni Belanda. Contoh Dirham Belanda bertahun 1747 ini sampai sekarang masih tersimpan di Museum Nasional kita.

Jadi hasil kerja keras 9 abad para penyebar Agama Islam di Nusantara, yang kemudian di rusak seabad oleh Portugis dan 3.5 abad oleh penjajah Belanda inilah yang ingin kita kembalikan, kembali mengikuti budaya perdagangan yang tinggi berdasarkan syariat Islam yang universal.

Di dalam Bazaar Madinah kita ada pedagang dari kalangan non-Muslim juga, tetapi tidak ada keberatan mereka akan berlakunya hukum syariat untuk mengatur perdagangan ini. Mengapa ?, karena aturan syariat yang tidak membolehkan orang berbohong, tidak boleh mengurangi timbangan, tidak boleh menipu, tidak boleh menyembunyikan cacat barang dlsb. toh pasti baik untuk mereka juga.

Bahkan di dalam kelas perdana Al Tijaarah Institute sehari menjelang beroperasinya Bazaar Madinah, saya juga melihat adanya orang-orang non-muslim yang serious mengikuti pelajaran cara-cara perdagangan yang syar’i ini. Semoga ini menjadi awal yang baik, keunggulan Islam dalam perdagangan – yang tidak hanya dirasakan oleh umat Islam ini, tetapi juga orang-orang di luar Islam. Intan berlian yang berhasil digosok tidak hanya menampakkan keindahannya bagi yang menggosoknya, tetapi juga bagi orang-orang lain yang tadinya hanya melihat batu ketika intan tersebut belum digosok. InsyaAllah.

Minggu, 20 Maret 2011

3 ALASAN BERTRANSAKSI DENGAN SALMA DINAR


Ada berbagai alasan untuk transaksi jual-beli dengan siapapun, tapi ini alasan mengapa transaksi Dinar, Dirham dan Emas batangan dengan Salma Dinar memberi nilai tambah :

1. LENGKAP
Kami melayani jual-beli Dinar (emas), Dirham (perak) dan emas batangan. Seluruhnya produksi Logam Mulia – PT Antam dengan harga yang STANDAR dan TERBUKA. Selain itu, bagi yang ingin menabung dengan medium Dinar, bisa langsung apply dan membuka rekening M-Dinar. Dengan cara ini, Dinar disimpan fisiknya di Salma Dinar dan ketika diperlukan fisiknya bisa dikirim, atau ketika menginginkan dalam bentuk tunai bisa langsung dijual.
Salma Dinar juga melayani pengiriman Dinar, Dirham dan Emas Batangan ke 150 kota se-Indonesia, dengan biaya kirim terjangkau dan pengirimannya dicover asuransi. Tak sampai 12 jam, paket tiba di kota pemesan.

2. BERPENGALAMAN
Salma Dinar mulai melayani masyarakat mulai Oktober 2007 dengan jumlah konsumen lebih dari 300 orang.
Salma Dinar memiliki 13 Sub Agen/ Sentra Dinar di Indonesia dan Singapore yang mendekatkan layanan investasi ini ke masyarakat.

3. LAYANAN PLUS-PLUS
Selain manfaat langsung dari jual-beli Dinar, Dirham dan Emas Batangan, ada beberapa manfaat lain :
a. Kami memfasilitasi jual-beli logam mulia antar konsumen, GRATIS dan BEST RATE. Dengan cara ini, harga jual ke sesama konsumen hanya 2% lebih rendah, bandingkan dengan cara menjual kembali ke agen yang lebih rendah 4% atau ke toko emas yang bisa dipotong hingga 10%.
b. Komunitas
Konsumen yang bersedia, bisa langsung gabung dalam komunitas yang telah disediakan, untuk berinteraksi dengan pengguna Dinar dan Dirham serta investor Emas Batangan dari seluruh penjuru Indonesia :
i. Milis salmadinar@yahoogroups.com
ii. Group “Mata Uang yang Sesungguhnya” di Facebook
iii. Group Chat “EMAS” di BlackBerry Messengger
c. Informasi dan konsultasi : member dan pelanggan mendapatkan kesempatan pertama untuk menerima informasi tentang training, seminar, workshop, kopdar dengan tema investasi syariah terdekat yang akan berlangsug.
d. Syariah Investment Mobile application : member dan pelanggan berkesempatan untuk mendapatkan akses ke media pembelajaran investasi syariah melalui HP dan Mobile Device

Transaksi Logam Mulia tak semata soal harga, tapi juga tentang rasa percaya dan wawasan yang tumbuh bersama. Insya Allah Salma Dinar konsisten untuk memberikannya.

Wassalam
SalmaDinar pusat

Dirhamsyah (0811 942 554 office time) or 0855 1000 363
Email dan YM : syahdirham@yahoo.com
PIN : 21B019D4
Phone : 0811 942 554
www.salmadinar.com

Minggu, 13 Maret 2011

LAYANAN PENGIRIMAN LOGAM MULIA NASIONAL


Assalamualaikum

Selain dengan cara menghubungi DEALER/AGEN/SUB AGEN/SENTRADINAR terdekat, ataupun dengan simpanan/tabungan Dinar online menggunakan MDinar (lihat artikel sebelumnya), konsumen dimanapun saat ini bisa menikmati layanan kirim Emas Batangan, Dinar maupun Dirham dengan dikirim langsung oleh SalmaDinar Jakarta ke sekitar 150 kota se-Indonesia.

Layanan ini telah berjalan bertahun-tahun oleh pelaksana jasa kurir internasional yang reputasinya tak diragukan lagi. Konsumen cukup menambahkan harga logam mulia pesanannya dengan ongkos kirim. Ongkos kirim ini pun telah meliputi harga pacakaging serta asuransi penuh atas value kiriman.

Sebagai contoh, pengiriman maksimal 45 gram untuk Emas Batangan atau 11 Keping Dinar (senilai maksimal Rp 20 juta) ke Surabaya hanya memerlukan biaya kirim Rp 98.000 dengan servis Mid-Day Package (satu hari sampai).

Jumlah yang dilayani adalah minimal 10 gram untuk emas batangan, minimal 1 keping untuk Dinar dan minimal 5 Dirham untuk Dirham perak.

Kota-kota destinasi yang telah terlayani sampai dengan saat ini adalah sebagai berikut :

A : Abepura, Alak, Ambon, Balikpapan, Banda Aceh,
B: Bandarlampung, Bandung, Banjarbaru, Banjarmasin, Bantul, Batam, Bekasi, Belawan, Bengkulu, Bitung, Bogor, Bontang, Boyolali, Brebes, Bungus,
C : Cianjur, Cibinong, Cikarang, Cilacap, Cilegon, Cimahi, Cimareme, Cirebon,
D : Danau, Teluk Demal, Denpasar, Depok, Dumai, Duri,
G : Gadingcempaka, Gresik, Gunung Kidul,
I : Ilir Barat I, Ilir Barat II, Ilir Timur I, Ilir Timur II,
J : Jakarta, Jambi, Jambi Kota, Jambi Selatan, Jambi Timur, Jayapura, Jember, Jepara,
K : Karanganyar, Karawang,n Kediri, Kelapa Lima, Kendari, Klaten, Klepu, Kota Baru, Koto Tengah, Kuala Kencana, Kudus, Kulon Progo, Kupang, Kuta Alam,
L : Lubuk Kilangan,
M : Madiun, Magelang, Makassar, Malang, Manaddo, Maros, Martapura, Mataram, Maulafa, Medan, Meuraxa, Mimika Baru, Mojokerto, Muata Bengkulu,
N : Nanggalo, Nusa Dua,
O : Oebobo,
P : Padalarang, Padang, Padang Barat, Padang Selatan, Padang Timur, Padang Utara, Palangkaraya, Palembang, Palu, Pangkal Pinang, Pangkalan Kerinci, Pasuruan, Pauh, Pekanbaru, Pelayangan, Pematangsiantar, Perawang, Pontianak, Prabumulih, Purbalingga, Purwakarta, Purwokerto,
R : Rancaekek, Rumbai,
S : Sako, Samarinda, Seberang Ulu I, Seberang Ulu 2, Selebar, Semarang, Sentani, Serang, Sidoarjo, Sleman, Solo, Soreang, Sragen, Sukabumi, Sukarami, Sukoharjo, Sungguminasa, Surabaya, Syahkuala,
T : Takalar, Tangerang, Tanjung Balai Karimun, Tanjung Karang Barat, Tanjung Karang Pusat, Tanjung Karang Timur, Tanjung Morawa, Tanjung Pinang, Tarakan, Teluk Betung Barat, Teluk Betung Selatan, Teluk Betung Utara, Teluk Segara, Tembagapura, Ternate, Timika,
U : Ubud, Ujungberung, Ungaran,
Y : Yogyakarta

Untuk penjelasan lebih lanjut silakan hubungi kami : SalmaDinar pusat

Dirhamsyah (0811 942 554 office time)
Email dan YM : syahdirham@yahoo.com
PIN : 21B019D4
www.salmadinar.com

Terimakasih
Wassalam

Senin, 28 Februari 2011

SERVIS M-DINAR KINI LEBIH DEKAT DENGAN ANDA



Assalamualaikum

Rekan2, selain investasi Perak Dirham dg cara mencicil sedikit-demi-sedikit (lalu konversi ke Dinar setelah cukup), pentahapan pemilikan Dinar emas juga bisa dilakukan dengan cara M-Dinar maupun Cicil Emas.

Kami informasikan bahwa mulai pekan lalu, Salma Dinar telah menjadi service point resmi M-Dinar. Kerjasama di hulu tetap antara Gerai Dinar dengan Baitul Maal Wattamwil Daarul Muttaqien - Depok.

Bagi yang belum familier, M-Dinar adalah semacam tabungan Dinar. Sebagian rekan menganggap ini seperti Cicil Dinar. Mungkin mirip tapi tak sepenuhnya sama.

M-Dinar tidak berbatas waktu, tidak ada kewajiban menabung harus selesai dalam bbrp bulan.
Kapanpun bebas. Dan jika tak hendak diambil, Dinar maupun uang yg disetor tetap stay di rekening nasabah. Persis seperti tabungan dg rekening di bank.

M-Dinar memberi solusi bagi siapapun yg tak cukup punya dana untuk memiliki langsung 1 keping, dan juga memberi solusi atas permasalahan keamanan simpanan emas jika harus stay di rumah.

Berikut ini kami sampaikan langkah-langkah untuk mulai investasi di M-Dinar :
1. Masuk ke www.salmadinar.com, di sebelah kanan atas ada logo M-Dinar. Silakan klik
2. Ikuti proses signup di dalamnya
3. Nasabah akan dikirimi email utk aktivasi akun M-Dinarnya
4. Memulai setoran. Setoran pertama senilai 0,25 x harga Dinar pada saat transfer
5. Lanjutkan setoran (terserah kapan) senilai 0,10 x harga Dinar pada saat transfer
6. SMS / call ke 0811 942 554 untuk konfirmasi telah melakukan transfer
7. Rekening nasabah bisa dilihat di website M-DInar utk tahu perkembangan masing2.

Demikian informasi ini kami sampaikan.

Wassalam

Dirhamsyah
YM : syahdirham@yahoo.com
HP : 0811 942 554
PIN : 21B019D4

Minggu, 27 Februari 2011

Indonesians Go Back to Dirham, Dinar : It’s even more than investment. It is for upholding Islamic Law


Artikel asli berada di link ini : http://www.onislam.net/english/news/asia-pacific/451253-indonesians-go-back-to-dirham-dinar.html

Indonesians Go Back to Dirham, Dinar
by Dandy Koswaraputra, OnIslam Correspondent

Saturday, 26 February 2011 13:53

JAKARTA – Seeing it as a source of security amid global economic instability, Indonesians are returning back to traditional Islamic currently in their daily transactions.

“I’ve chosen dinar because of it is safe and stable,” Hardjito Warno told OnIslam.net on Saturday, February 26.

The Indonesian man has been collecting gold dinars as a long-term investment since 2006.

He is now holding more than 50 coins on his deposit box, which he sometimes uses for certain purposes, such as paying education fees and health insurance.

“Dinar is very liquid so I can use it for multiple purposes,” Warno said.

Dinar and silver dirham are available in shops in the world’s most populous Muslim country.

For collecting the Islamic coins, Warnoh regularly buys dinars from an agent in Jakarta.

“Sometimes I use dinar for transaction as Rosul-Allah teaches us,” Warno said.

There are at least 46 coin shops in the capital Jakarta and its surrounding cities, making it accessible for consumers to buy.

“In certain communities and areas the transaction using dinar and dirham have been applied,” he added.

The dinar measures 4.25 grams of gold, while the dirham is 3.0 grams of pure silver.

A golden coin is equivalent to about 582 ringgit (183 dollars) while the silver coin is worth around 13 ringgit but their values fluctuate according to market prices.

Shield

Some Indonesians see dinars and dirhams as the best way of protection against economic fluctuations.

“I would say those who put billions rupiah of idle money in conventional banks are the losers and oppressors,” Endy Kurniawan, the author of a book titled “Think Dinar”, told OnIslam.net.

For some business people, putting cash in financial institutions is not the best way to invest money due to inflation and tax obligation.

“If we’re putting money in conventional bank then how much it could boost economic growth,” he asked.

The interest rates for depositing money in banks is six percent a year in average, while the inflation rate in Indonesia is one or two percent higher, according to the Indonesian Statistic Body.

Gold, which is typically most stable and liquid commodity, has traditionally been favorite jewelry for Indonesian housewives and become the best reliance for Muslims at needy situation, to sell or pawn.

“People have their own logic and consideration to decide, which one is better to protect their assets: holding gold or saving money,” Kurniawan added.

According to him, there is no specific data of how much dinar circulation in Indonesia.

Indonesia is the world’s 37st biggest gold reserves country, which is spread in a number of its big islands, such as, Sulawesi, Papua, Sumatra and Borneo; and about 18,500 tons have been produced to be fine gold and jewelry, according to data state own company PT Aneka Tambang.

Some Indonesians see the point of using dinars as part of efforts to uphold Shari`ah (Islamic law).

“It’s even more than investment. It is for upholding Islamic law,” Kurniawan said.

“It’s the weakness of using paper currency; using gold dinar would be fairer,” he added.

Fauzan Al-Anshari, director of the Islamic Study Institute, agrees.

“This is part of upholding Islamic law,” he said.

He hopes that the mushrooming dinar usage in Indonesia will inspire other countries to consider the establishment of using-dinar caucus countries, as a stepping stone of global economic reform.

“I suggest, Indonesia and any other Muslim countries, such as Pakistan, Malaysia, Brunei and Middle East countries to implement the usage of dinar as currency,” he said.

“If we want to be involved in creating economic prosperity then we must start from ourselves.”

Wassalam

Kamis, 17 Februari 2011

TANPA RENCANA, INVESTASI BISA BERUJUNG BENCANA


Jangan gara-gara begitu semangatnya berinvestasi, seluruh dana yang dipunya dialokasikan secara membabi buta.
Jangan gara-gara kena “gold fever” (demas emas), lalu seluruh dana hijrah kesana.

Kesalahan umum yang dilakukan ketika seseorang mendapatkan pesangon dalam jumlah besar (dana pensiun normal, pensiun dipercepat, atau klaim asuransi) adalah mengalokasikannya ke dalam investasi pasif seperti Deposito, Reksadana, Obligasi / Sukuk, Property atau Emas. Atau yang semi-aktif seperti Saham. Padahal kita perlu biaya untuk menutup kebutuhan sehari-hari yang biasanya dicover gaji.

Meski itu wajar,karena rata-rata kita ingin shortcut mendapatkan hasil besar dari investasi, tak mau repot.
Hati-hati, jika salah, dana pesangon bisa habis dalam waktu cepat karena di-consume serampangan. Kenali tujuan dan orientasi waktunya dulu.

Berikut ini kadiah sederhana.

Anda yg berada di kategori (1) harus lebih hati-hati. Kategori (2) bersyukurlah karena lebih fleksibel.

1. Yang mendapatkan dana/pesangon adalah yg selama ini jadi tulang punggung penghasilan keluarga (main income, biasanya suami)
a. Bagi yang telah punya sumber penghasilan lain (misal telah punya penghasilan dari bisnis sampingan)
>> Alokasikan dana untuk menambah modal sebesar 40% (mungkin buka cabang, tambah pegawai, tambah kamar kontrakan). Ini sdh jadi active income.
>> Alokasikan dana di investasi pasif (reksadana, atau surat berharga lainnya) sebesar 60% untuk mendapatkan pemasukan tambahan 3 bulanan, atau 6 bulanan atau 1 tahunan (berupa bagi hasil / deviden, margin, dll) plus dana cadangan (seperti emas / logam mulia / dinar)

b. Bagi yang belum punya sumber penghasilan lain
>> Alokasikan dana cash sebesar 3 – 12 bulan tunai utk biaya hidup, tanpa merubah pola konsumsi (sama dg yg selama ini dijalani). Waktu 3 – 12 bulan ini utk memberi waktu Anda membuka usaha atau melamar kerja di tempat lain.
>>Sisanya, alokasikan :
• 40% untuk merintis usaha (jika akan membuka usaha)
• 60% untuk investasi pasif utk mendapatkan pemasukan tambahan

2. Yang mendapatkan dana/pesangon adalah yg selama ini sifatnya side income
o Asumsinya, dana dari pasangan Anda telah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga bulanan
o Jika pola konsumsi tak berubah (kebutuhan dana telah tercukupi), alokasikan secara fleksibel :
>> 50% utk investasi aktif (buka toko, konveksi, toko online, dll)
>> 25% utk investasi semi-aktif (saham misalnya)
>> 25% untuk investasi pasif / dana cadangan (reksadana, emas, dll)
o Jika pola konsumsi berubah meningkat, Anda bisa gaji diri sendiri dg mengambil dana tunai yg diletakkan di akun terpisah. Selebihnya baru diinvestasikan.

Semoga bermanfaat

Selasa, 08 Februari 2011

TREND C3000 – HATI-HATI JEBOL DOMPETMU !


Di gaulnya para Marketer, bersliweran istilah C3000 menjelang awal tahun ini. C3000 = Consumer 3000. Pada 2011, untuk pertama kalinya GDP/kapita (nominal) Indonesia diperkirakan bakal menembus angka US$3000. Angka 3000 dari Consumer 3000 diambil dari sini.

Apa istimewanya angka GDP/kapita $3000? Melihat pengalaman negara lain, $3000 adalah angka batas (treshold) suatu negara yang akan masuk dalam jajaran negara maju. Ambil contoh Korea Selatan. Begitu Korea Selatan mencapai level angka GDP/kapita $3000, negara ini mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat secara terus-menerus selama 11 tahun. Demikian juga Cina yang benar-benar melesat ekonominya setelah berhasil menembus GDP 3000 pada 2008/2009.

Kenapa bisa begitu? Karena lapis masyarakat kelas menengah (middle class) dari negara yang GDP/kapita-nya menembus $3000 sudah begitu besar, sehingga kelompok ini menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi yang sangat powerful. Di samping memiliki buying power yang tinggi, Consumer 3000 juga more educated, more knowledgable, more civilized. Mereka lebih modern, memiliki global mindset, mereka juga lebih technology savvy yang haus gadget. Secara natural dan pelan tapi pasti, mereka akan menjadi konsumen yang lebih health-conscious dan environmentally-concern.

Lalu benarkah Indonesia akan menikmati masa-masa indah sebagaimana negara lain ketika GDP 3000 terlampaui? Belum tentu. Ada sekitar 10 trends yang terjadi di seputar tembusnya angka tersebut. Biarpun seluruhnya indikator yang menyemangati kita, seluruhnya juga adalah penanda di sektor konsumsi semata. Namanya saja Consumer 3000.

Sementara ada sisi lain yang lewat dari pengamatan yakni aspek produksi yang besar perannya sebagai tulang punggung ekonomi suatu negara. Tanpa konsumsi dan produksi tumbuh beriring, mustahil kita bisa mempertahankan keunggulan ekonomis Indonesia sebagai sebuah negara dengan SDM sangat besar, sumber daya alam melimpah, sumber energi tanpa batas. Persis seperti tulisan saya sebelumnya yang mengambil tema “EKONOMI DEINDUSTRIALISASI, AYAM (JANGAN) MATI DI LUMBUNG PADI”

Majalah Economist edisi 12 Februari 2009 mendefinisikan kelas menengah ini adalah mereka yang memiliki pendapatan “menganggur” (disposable income) 1/3 dari keseluruhan pendapatan. Disposable income inilah yang mereka pakai untuk membeli produk dan layanan “advance” seperti mobil, AC, lemari es, TV flat, gadget terbaru, layanan perbankan dan asuransi, berwisata ke luar negeri, nongkrong di cafe, hingga konsumsi broadband internet.

Data ini perlu disikapi dengan bijak, bagaimana kita mengarahkan ‘disposable income’ tersebut. Kita tergerak menjadi konsumtif atau giat berinvestasi? Melihat peluang wirausaha yang terbuka lebar, (seharusnya) kita pilih yang kedua.

Mari kita urai satu per satu.

1. Democratize Consumption - Dana menganggur untuk apa ?
Booming geliat ekonomi yang terjadi di sekitar kita menyampaikan dendang nada yang sama : mudahkan belanja, mari shopping dimana saja. Meski gerak ekonomi tertolong tingkat konsumsi, kita berharap naiknya daya beli ini bukan didorong berbagai kemudahan yang diberikan oleh perbankan dalam bentuk hutang konsumsi. Yang terjadi sekarang, kita cemas melihat keadaan, benarkah euphoria konsumsi ini adalah gambaran daya beli masyarakat yang sesungguhnya?

Bukankah kita sibuk menolak berbagai tawaran kredit dalam bentuk SMS maupun telepon setiap harinya? Bukankah kartu kredit baru dengan limit yang naik berlipat tiba-tiba datang di hadapan kita siap digunakan, padahal kita tak pernah melakukan aplikasi sebelumnya? Bukankah tawaran cicilan dengan bunga 0% terpampang dimana-mana, di department store, trade center kelas bawah hingga showroom perhiasan dan elektronik kelas atas, bahkan juga datang menggoda lewat koperasi karyawan dengan fasilitas potong gaji langsung sehingga sulit menolaknya? Semua membuat silau dan melenakan, hingga tiap keluarga mulai abaikan kaidah jumlah hutang tak boleh lebihi 30% dari total pendapatannya.
Pada beberapa tulisan sebelumnya kita juga telah menyinggung bahwa 70% ekonomi di negeri ini digerakkan konsumsi (30% sisanya sektor produksi), sebuah komposisi yang kurang pas bagi fundamental perekonomian. Korea, China & India seimbang konsumsi & produksinya. Industri mereka kuat lebih dulu sebelum terjadi ledakan konsumsi di dalam negeri. Berkebalikan dengan pasar Indonesia yang sekarang dikuasai barang-barang impor, karena lebih murah dibanding produksi domestik menunjukkan tidak cukup kuatnya produksi dalam negeri menopang transaksi.
Produksi India, Korea dan China juga meluber kemanapun arus impor terjadi, membanjiri pasar-pasar domestik negara timur dan barat tanpa bisa dibendung lagi.
Pendeknya, masyarakat kita hanya jadi objek. dipermudah dengan kredit konsumtif untuk belanja. Keadaaan ini jangan membuat kita terlena. Belum lama, pada tahun 2008, krisis lokal yang jadi pemicu krisis setengah isi dunia, diawali kredit perumahan yang macet di Amerika. Penyebabnya sektor konsumsi. Subprime Mortgage itu kredit yang diberikan kepada lapisan masyarakat yang kurang mampu. Karena sektor keuangan euforia, syarat-syarat kredit dimudahkan, objek investasi yakni perumahan justru jatuh harganya. Lalu debitur kelihatan ‘aslinya’, tak mampu bayar cicilan, lalu perusahaan di sektor keuangan terlibas bergantian.
Menjelang krisis moneter 1997 – 1998, sektor konsumsi kita juga sedang digdaya. Di sisi lain, boroknya terbuka : produksi dalam negeri lemah, terlalu banyak impor, hutang-hutang perusahaan dalam negeri berbentuk USD, sehingga begitu moneter terguncang, habislah semua.

2. Era Satu Miliar Wirausaha – Sudah Siap Mental kah kita ?
McKinsey&Co. menyebut bahwa Nantinya akan banyak profesional dan pekerja kantoran yang sudah cukup disposable income-nya akan nyambi menjadi entrepreneur dengan berinvestasi di bisnis franchise. Pilihan lain mereka terjun secara full-time menjadi social media entrepreneur. Dua investasi di atas jadi pilihan karena low risk – low capital. Barrier untuk masuk ke bisnis pun mengecil. Tapi negeri kita punya persoalan mentalitas. Seandainya mental wirausaha masyarakat kita tinggi, tiap individu yang punya dana siap invest jadi motor ekonomi yg besar sekali jumlahnya. Sayangnya, pemuda negeri ini lebih memilih menjadi orang upahan karena keren dan terlihat mapan. Yang melangkah berbisnis sering terbentur berbelitnya pengurusan pendirian badan usaha, pungli sana-sini dari kelurahan hingga pemerintah propinsi, dan lainnya.
Dengan tembusnya $3000, maka konsumen jenis baru ini akan tumbuh dengan pesat dan akan mewarnai pembelian dan konsumsi produk dan layanan di berbagai industri. Masyarakat Indonesia, sebagai yang paling berhak menikmati hasil dari geliat ekonomi bangsanya sendiri, seharusnya mengambil peranan lebih dari sekedar objek dan target konsumsi semata. Untuk itu, ada 2 PR besar di level negara dan individu agar kita bergembira di negeri sendiri yaitu :

- Negara : buka lebar peluang berusaha, mudahkan izin usaha (termasuk kebijakan pajak lebih lunak bagi pengusaha kecil),lunakkan syarat kredit usaha. Ini semata untu menguatkan sektor produksi, mengimbangi ledakan konsumsi.

- Pribadi : hati2 tawaran utang konsumsi. Tersedianya disposable income justru harus mendorong masyarakat berinvestasi. Pilih sektor riil yang punya daya ungkit terhadap perbaikan taraf hidup masyarakat. Jika tidak, pilih produk investasi yang benar-benar memberikan perlindungan terhadap masa depan ekonomi yang tak pasti, dalam emas atau reksadana syariah misalnya.

Wallahua’lam

Rabu, 19 Januari 2011

ANCAMAN DEINDUSTRIALISASI : AYAM (JANGAN) MATI DI LUMBUNG PADI


Saya sering menerima masukan bernada kritik bahwa menyimpan emas termasuk kategori menimbun harta, sementara menimbun harta itu dilarang karena membuat harta tak beredar untuk menggerakkan ekonomi, dan ujungnya dikhawatirkan memiskinkan sebagian masyarakat. Islam melarang penimbunan harta, tidak ada keraguan.

Jawaban awal yang bisa dikedepakan untuk hal ini sebenarnya adalah adanya perintah zakat, anjuran infaq, shadaqah dan wakaf harta. Islam mengatur ini karena pasti selalu ada bagian harta kita, atau selalu ada sebagian masyarakat, yang mendiamkan hartanya. Maka zakat, infaq, shadaqah, wakaf (juga qardun hasan/pinjaman baik – pinjaman tanpa imbal hasil apapun, dan semata-mata untuk tujuan menggerakkan ekonomi masyarakat) adalah semacam ‘flushing’ di peredaran darah ekonomi, agar harta macet di simpul arteri bisa berjalan kembali.

Dengan mekanisme ini, ekonomi menjadi seimbang kembali, dan pihak-pihak hepi. Terangkat derajat dan kesejahteraannya bersama. Selalu ada gap antara yang miskin dan yang kaya, tapi jaraknya tipis saja. Pada jaman Umar ibn Khattab dan Umar bin Abdul Aziz tercatat, level ekonomi terbawah terkikis habis, sehingga sulit salurkan zakat, bukan karena tak ada muzakki, tapi justru tak ada mustahik. Level ekonomi menengah tetap ada, tapi mereka bukan objek penerima zakat dan jaminan negara. Sehingga di masyarakat, bagian piramida terbawah hilang. Jumlah terbesar ada di level menengah, dan sebagian kecil di level atas.

Bandingkan dengan fakta yang ada di masyarakat sekarang. Menurut Ust. Dr. Irfan Syauqi Beik, potensi zakat Indonesia Rp 100 Trilyun per tahun (dunia : Rp 6 ribu Trilyun), baru terkumpul 1,5% - nya atau hanya Rp 1,5 Trilyun. Angka ini jelas belum mampu menjadi solusi kemiskinan dan pengembangan taraf kehidupan separuh lebih penduduk negeri ini yang berada di bawah garis kemiskinan. Hasil litbang Kompas yang dikutip geraidinar.com menyebutkan penduduk miskin dengan pengeluaran USD 2 – 4 per hari berjumlah 59,24% atau 146,3 juta jiwa. Ini mendekati angka World Bank yang menyebut angka 170 juta jiwa, dan 3 kali lipat lebih dibandingkan angka versi pemerintah yang meng-klaim ‘hanya’ 30 juta penduduk miskin.

Apakah memang menyimpan emas termasuk menimbun harta? Jika kewajiban ziswaf ditunaikan dan menjadi kesadaran kolektif sehingga potensi sebesar Rp 100 Trilyun per tahun di negeri ini benar-benar dapat digalang, menurut saya tidak ada celah untuk saling menyalahkan. Itu baru tentang zakat, PR pertama kita.

Ada hal lain, seringkali muncul desakan pertanyaan berikutnya : “Harta masyarakat harus lebih banyak mengalir lewat lembaga keuangan dan perbankan, agar ekonomi bisa bergerak lebih cepat. Jika menyimpan emas, ini tak terjadi.”

Saya harus tanya balik untuk memastikan yang bertanya tahu keterhubungan langsung jumlah dana yang kita tabung dengan produktivitas ekonomi. Jika kita menabung atau menyimpan sejumlah uang di bank, berapa dari jumlah itu yang akan mengalir untuk membiayai roda ekonomi sehingga menyebabkan pertumbuhan?

Sekitar 10%-15% jika Anda tabung di bank konvensional.
Atau mencapai 70% jika Anda tabung di bank syariah.

Saya mesti bilang Anda yang menyimpan uang jutaan bahkan milyaran rupiah di bank-bank konvensional sebagai orang yang dzalim yang merugi, apalagi jika tak keluarkan zakatnya. Dzalim karena uang itu kecil sekali yang menetes ke level ekonomi di bawah untuk jadi modal usaha dan lainnya, dan inilah sebenarnya hakikat menimbun harta. Rugi karena return-nya tak memadai, kalah dari laju inflasi : naik 6% - 8% per tahun saja, melawan inflasi yang mencapai rata-rata 10% (6% inflasi umum dan 12% inflasi kebutuhan pokok). Berdosa pula karena tak tunaikan zakat. Lebih-lebih tak barakah (bertambah) karena tak keluarkan shadaqah.

(Untuk diketahui, masyarakat kita juga masih ‘tak adil’ dalam berzakat. Mereka sibuk bertanya nishab-haul zakat hanya ketika simpanannya emas, padahal tabungan, deposito dan simpanan lainnya di bank juga adalah objek zakat)

95% dari total uang beredar di muka bumi digulirkan, digandakan segelintir pihak, menciptakan gelembung uang yang semu di sektor keuangan, bukan di sektor riil yang berarti memperbesar produksi untuk mengimbangi konsumsi.

Maka sebetulnya sungguh aneh, di tengah melesatnya IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan), mengalirnya Hot Money dari luar Indonesia ke bursa semenjak pertengahan 2010, kemudahan memperoleh kredit (konsumtif) di tengah masyarakat, Indonesia sendiri terancam de-industrialisasi. Sinyal kekhawatiran ini dikirim sendiri oleh Bank Indonesia, berikut dampaknya : turunnya nilai tambah industri nasional, tergerusnya aktivitas perekonomian, pengangguran dan kemiskinan.

Banyak sekali fakta negatif diluar sana. Bayangkan, non-productive loan, semacam kredit usaha yang telah disetujui, parkir sebesar puluhan trilyun di bank. Ini terjadi juga di banyak negara, terutama Amerika. Kredit itu seharusnya mengalir menjadi tambahan modal di sektor industri untuk menggerakkan ekonomi, tapi tak jadi, karena kekhawatiran akan resiko usaha, dan penerima kredit merasa lebih untung dan pasti mendapatkan keuntungan (berupa bunga) dengan cara membuat dana itu parkir di bank. Atau di-investasikan di sektor keuangan, bukan di sektor riil.

Di sisi lain, pengusaha kecil sulit sekali mendapatkan dana pinjaman. Padahal mereka sangat membutuhkannya untuk perluasan usaha, ekstensifikasi market dan penambahan tenaga kerja. Melihat dua fakta diatas, sungguh tak adil. Situasi ini disebabkan oleh rendahnya dukungan sektor perbankan dalam pemberian kredit ke sektor industri. Fokus mereka masih di sektor jasa keuangan, yang tak berhubungan langsung dengan penyerapan tenaga kerja dan tersedianya produk yang murah di pasar.

Selama 2010, pertumbuhan industri hanya 4%, tertinggal dari pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6%. Angka pengangguran bertambah. Di pasar, pelaku usaha lebih mudah dan murah memperdagangkan barang impor (terutama dari Cina) daripada memperjualbelikan hasil industri dalam negeri yang justru lebih mahal dan tak terjangkau harganya oleh pembeli. Cina dan India, dua negara yang sama potensinya (persentase kapasitas tersimpan) dengan Indonesia dalam hal sumber daya manusia/tenaga kerja adalah dua negara yang mampu menyeimbangkan kemampuan produksinya daya beli pasar. Sementara Indonesia, seperti diakui Menkeu pada awal dilantiknya, 70% aktivitas ekonominya digerakkan oleh sektor konsumsi.

Maka sebetulnya persoalan tak sesederhana ketika kita melontarkan ‘tuduhan’ bahwa menyimpan emas berarti telah menginisiasi mandeg-nya perekonomian.

Kesadaran ber-zakat, infaq dan shadaqah masyarakat masih sangat rendah (meski terus meningkat tiap waktu), di sisi lain kebijakan perbankan yang tak mendukung sektor riil, adalah dua sebab yang paling sistemik menyebabkan banyak persoalan ekonomi.

Masyarakat punya logika dan pertimbangan sendiri ketika memutuskan apakah menyimpan emas ataukah tabungan untuk keperluan penyelamatan asset pribadi.

Mereka akan memilih yang terbaik dari sisi proteksi untuk melindungi simpanan dari ancaman inflasi. Mereka memerlukan simpanan yang melindungi Rupiah yang setiap saat bisa tak bernilai karena dibenamkan depresiasi nilainya terhadap mata uang asing. Mereka mementingkan likuiditas (kemudahan dalam mencairkan ketika memerlukan dana tunai) saat ada kebutuhan mendadak ataupun perlu tambahan modal usaha.

Semua jawabannya ada pada simpanan emas. Bukan simpanan di produk perbankan.
Wallahua'lam