Salma Dinar adalah distributor Dinar, Dirham dan Emas batangan produksi ANTAM. Hubungi kami & SentraDinar untuk mengikuti PROGRAM KHUSUS CICIL DINAR & EMAS BATANGAN - FLAT RATE, KERJASAMA DENGAN BANK SYARIAH MANDIRI
GOLD PRICE IS IN YOUR HAND!!
Unduh gratis aplikasi pemantau harga emas kami, untuk pengguna BlackBerry klik http://www.salmadinar.com/ota dan pengguna Android klik http://www.salmadinar.com/android langsung dari device Anda
24hr Gold Dinar Chart
Minggu, 30 Mei 2010
EMAS, INVESTASI PALING MURAH, LINDUNG HARTA PALING MUDAH
written by Endy Junaedy Kurniawan
Artikel ini juga disebarkan melalui Group "Mata Uang yang Sesungguhnya", Group "Tinggalkan Bank Haram, Tukar Bank Syariah #1 dan #2" di Facebook dan milis salmadinar@yahoogroups.com
Rekan2 yang dirahmati Allah, dalam hati kita tetap yakin dan bercita-cita Dinar nanti menjadi alat tukar yang adil dan mensejahterakan. Kali ini kita membahas emas, termasuk Dinar, sebagai instrument investasi sekaligus alat lindung nilai harta kita. Semoga menambah wawasan kita dan bermanfaat untuk praktek investasi sehari-hari dengan cara paling sederhana.
**
Untuk melindungi harta Anda dari perampok yang bernama inflasi, apa yang harus dilakukan ? Inflasi harus kita lawan karena jika tidak kita akan dimiskinkan tanpa pernah menyadarinya.
Bagaimana Anda memproteksi harta yang susah payah Anda dapatkan dengan bekerja 8 hingga 10 jam per hari dari ketidakpastian situasi ekonomi di masa mendatang? Krisis kecil tiga hingga lima tahunan. Krisis besar 10 tahunan. Nilai tukar rupiah yang melemah. Inflasi yang melibas janji-janji keuntungan dari bank bernama bunga.
Jika bulan ini Anda mendapatkan bonus dari perusahaan karena prestasi Anda yang baik selama setahun lalu sebesar Rp 5 juta, di situasi Anda tak perlu bayar hutang (karena telah ada alokasi dana lain), dan murni akan Anda simpan dana itu, akan dikemanakan uang tersebut ?
Atau bagi para istri, kemana akan disimpan kelebihan uang perjalanan dinas suami senilai Rp 1 juta yang diamanahkan kepada Anda selaku manajer investasi di keluarga ?
Atau yang masih pelajar dan ingin belajar investasi, akan disimpan atau diinvestasikan kemana bonus Rp 500 ribu ‘angpau’ saat lebaran dari keluarga dan kerabat Anda ?
Kembali bahwa jenis tabungan atau investasi haruslah yang mampu mendahului kencangnya laju inflasi. Prinsip pengelolaan keuangan dengan cara investasi atau menabung sebetulnya adalah menunda kenikmatan untuk hasil yang lebih besar di masa mendatang, atau menunda konsumsi untuk tujuan investasi.
Investasi atau menabung untuk memperkuat kondisi ekonomi rumah tangga adalah menyimpan nilai atau manfaat uang untuk digunakan suatu saat di masa depan. Jadi intinya satu : nilai manfaat di masa datang haruslah lebih besar dibanding saat ini. Karena itulah reward bagi Anda yang telah menahan diri saat sekarang. Maka jenis simpanan atau investasi yang malah melemahkan Anda di masa datang tertolak karena tak memenuhi syaratnya.
Nah, kembali ke persoalan awal, Anda kemanakan Rp 5 juta, Rp 1 juta dan Rp 500 ribu tadi ?
Kita akan abaikan jenis investasi aktif yakni berbinis langsung, baik sebagai pelaku maupun sebagai pemodal karena pembahasan kita adalah tentang cara termurah dan termudah bagi siapapun untuk berinvestasi sekaligus melindungi hartanya. Sebetulnya pilihan investasi aktif dengan berbisnis ini adalah yang terbaik untuk dipilih dan bagi yang belum suatu saat Anda perlu coba, karena banyak benefit lain selalu financial return dengan cara investasi riil seperti ini (misalnya : melatih ikhtiar dan tawakkal, efek sosial dengan membuka lapangan kerja, efek ekonomis yaitu bergeraknya perekonomian). Belum lagi janji luasnya rizki bagi pebisnis sebagaimana sabda Rasul SAW : “Pintu rizki ada 20, 19 untuk pedagang dan 1 pintu untuk orang yang menggunakan ketrampilan tangannya (pekerja atau karyawan)”.
(Rasul kita adalah pedagang, dan ulama bahkan mengatakan bahwa berdagang dan berbisnis adalah salah satu cabang jihad yang besar pahalanya. Semangat ini harus terus digelorakan, dan akan kita bahas khusus di lain kesempatan)
Kemudian perencana keuangan mengajarkan untuk memilih investasi pasif yang hasilnya bisa melebihi tingkat inflasi, dengan 3 alternatif yang bisa dipilih : saham, properti, atau emas.
Saham mungkin menarik, keuntungan yang didapat besar hingga 5 – 7 kali lipat dalam 5 tahun. Tapi investasi saham memerlukan ketrampilan khusus untuk menilai fundamental dan pertumbuhan jangka panjang perusahaan yang sahamnya kita beli. Dengan bekal pengetahuan seadanya, kita bisa merugi hingga modal jadi nol dalam waktu singkat. Berinvestasi saham juga melebihi merawat bayi, perlu perhatian khusus, konsentrasi penuh, hingga tak bisa tidur. Yang jelas kasihan Anda yang hanya punya dana lebih Rp 5 juta, Rp 1 juta dan Rp 500 ribu, karena investasi saham tak bisa dimulai dengan angka sekecil itu.
Bagaimana dengan property ? Investasi berupa rumah tinggal, apartemen, ruko, kavling tanah juga menggiurkan. Keuntungan bisa mencapai 15% per tahun. Apalagi di lokasi strategis untuk perkantoran maupun ramai penduduk. Tapi apa yang bisa kita lakukan dengan Rp 5 juta, Rp 1 juta dan Rp 500 ribu ? Kita tak bisa membeli tanah 1x1 meter square karena tak ada jualan property dengan ‘pecahan’ sekecil itu.
Pilihan terbaik adalah emas. Tak perlu Rp 5 juta atau Rp 1 juta, bahkan dengan Rp 500 ribu kita sudah bisa berinvestasi sekaligus melindungi harta kita. Emas adalah investasi sekaligus untuk hedging (lindung nilai) harta terbaik.
Nilai emas jika ditakar dengan mata uang kertas naik rata-rata 25% per tahun, bahkan dihitung sejak krisis terjadi awal 2009 lalu saat ini nilai emas telah naik 40%. Dalam 10 tahun, kenaikannya 414%. Selain itu pecahan emas hingga 0,5 gram bisa kita dapatkan dengan mudah, artinya dengan dana lebih sebesar Rp 200 ribu pun kita bisa menyimpan dalam bentuk yang memberi hasil maksimal.
Anak-anak kita pun mulai bisa diajarkan sejak awal untuk berinvestasi dengan benar. Emas adalah kandungan intrinsik Dinar, mata uang asli Islam. Edukasi tentang Dinar bisa dimulai juga dari sini.
Murah, mudah, serta liquid jika kita membutuhkan dana segar dengan cepat.
Wallahua'lam
________________________________
Catatan :
Kemana tabungan dan deposito ? Keduanya tak kita singgung sama sekali karena kita sadari cara menyimpan seperti itu merugikan diri sendiri. Semenjak 1998, bank di negeri ini menggeser sumber penghasilannya berbasis fee (fee based income). Selain dari penghasilan bunga kredit, bank memaksimalkan pendapatan dari pengelolaan rekening, serta jasa transaksi (misalnya transfer) yang bisa dikutip langsung dari nasabah. Pada saldo tertentu, tabungan kita di bank tidak menghasilkan apa-apa alias hasilnya nol persen.
Deposito mungkin lebih tinggi tingkat bagi hasilnya, tapi kenyataan bahwa tingkat hasil per tahunnya 6 – 8% (sementara inflasi rata-rata 10%), ditambah dana kita terikat (tak bisa fleksibel untuk transaksi) maka deposito lebih layak diabaikan sepenuhnya.
Selasa, 25 Mei 2010
MENGELOLA HARTA : BANYAK YANG TAK BIKIN LALAI, SEDIKIT YANG TAK BIKIN LUPA
Dengan alasan apapun, Islam menolak penyakit kemiskinan menjangkiti umatnya.
Ali bin Thalib RA yang kita kenal zuhud berkata, "seandainya kemiskinan adalah laki-laki, maka aku akan membunuhnya."
Dari ungkapan ini juga kita makin pandai memahami sosok Ali RA sendiri : zuhud (tak mencintai dunia meski harta ditangannya) berbeda sama sekali dengan miskin (bermental peminta, tak punya kekuatan harta). Zuhud adalah meninggalkan dunia,by choice. Miskin adalah ditinggalkan oleh dunia.
Selain itu, ucapan beliau bisa dimaknai sebagai motivasi untuk berusaha keras mencari penghasilan (sebagai individu), atau memberantas kemiskinan di lingkungan sosial (sebagai anggota masyarakat) dengan zakat dan shadaqoh.
Islam menolak kemiskinan karena ia melemahkan sendi-sendi kekuatan rumah tangga, masyarakat dan sendi kejayaan Islam dalam skala besarnya. Dan kita menemukan bahwa diantara pilar yang menentukan kebangkitan Islam adalah kekuatan maaliyah (harta). Diluar itu adalah quwwatu iman, fikr (pemikiran), amal dan ijtima'iyah (sosial).
Miskin membuat umat ini mudah sekali menyerahkan kehormatan dan aqidahnya. Mudah berhutang, mudah tunduk, mudah menyerah.
Pula, lihatlah bagaimana Rasulullah SAW mengajarkan doa yang berkaitan dengan harta, dalam dzikir harian yang sangat dianjurkan kita baca setiap pagi dan petang :
1. Allahumma inni 'audzubika minal hammi wal hazan, wa a'udzubika minal ajsi wal kasal, wa a'udzubika minal jubni wal bughl, wa a'udzubika min gholabatiddaini wa kohrirrijal
2. Allahumma inni 'audzubika minal kufri wal fakr, wa a'udzubika min adzabil kobri laa ilaaha illa anta
Yang pertama doa terhindar dari lilitan hutang dan kesewenang-wenangan orang lain, menunjukkan pentingnya mandiri secara ekonomi.
Ya Allah aku berlindung kepada Mu dari rasa gelisah dan sedih dan aku berlindung kepada Mu dari rasa lemah dan malas dan aku berlindung kepada Mu dari sifat pengecut dan kikir dan aku berlindung kepada Mu dari belitan hutang dan penindasan orang.
Yang kedua kemiskinan bahkan disetarakan dengan kekafiran dan azab kubur, hingga kita harus secara khusus meminta pada Allah agar terhindar darinya.
Ya Allah aku berlindung kepada Mu dari kekafiran dan kafakiran (kemiskinan), ya Allah aku berlindung kepada Mu dari azab kubur . Tiada tuhan melainkan Engkau.
Kita harus keluar dari hutang dan kaya.
Tolak tawaran hutang betapapun makin sulitnya. Tawaran-tawaran hutang konsumtif itu kini bahkan telah masuk lebih dalam dalam bentuk selebaran, SMS, telpon-telpon manis, menunggu kita terpeleset masuk dalam jerat hutang dan bertumpuk riba. Jika memang harus, berhutanglah untuk keperluan produksi. Hutang konsumtif pasti menghancurkan, tak ada keraguan. Jika harus memilih lagi, berhutanglah untuk keperluan bisnis atau produksi itu dengan objek dan prosedur yang syar'i. Berakad dengan bank Islam misalnya, baitul maal, atau komunitas-komunitas bisnis Islam.
Setelahnya, perkeras usaha. Aktivitas ekonomi seorang muslim jelas berkorelasi dengan pahala. Ucapan Umar ibn Khattab RA : “Wahai manusia, demi Allah, sungguh bila aku mati diantara dua kaki untaku dikala aku mencari hartaku di muka bumi, lebih aku sukai daripada aku mati di atas tempat tidurku.”
Islam mengatur bagaimana kekayaan dicari, dikelola dan dikeluarkan.
Setelah bekerja keras, simpan yang seperlunya untuk keperluan-keperluan jangka panjang keluarga, misalnya untuk pendidikan anak, haji, membeli tanah dan rumah, melunasi hutang jangka panjang, dan lainnya. Caranya : simpan dalam bentuk Dinar emas. Selain kebal penyakit inflasi juga anti depresiasi nilai tukar. Masalah ini sudah sering kami bahas di berbagai tulisan.
**
Entah mengapa sangat keras ajaran tentang betapa 'sengsaranya' hidup kaya di tengah-tengah kita. Kita sering dengar ceramah-ceramah tentang : "jadi orang kaya tu susah, karena lebih lama di-interogasi saat yaumil hisab nanti", lalu "untuk apa kaya, biar miskin yang penting bahagia".
Mengapa tak ditampilkan fakta lainnya, misalnya betapa Abdurrahman bin Auf diriwayatkan akan "menuju surga dengan merangkak (karena mudahnya)" disebabkan kekayaannya yang banyak itu selalu mengalir untuk perjuangan kaum muslimin ?
Atau mengapa selalu ditampilkan seolah kaya tak bisa bahagia. Mengapa jadi ungkapan kontra "miskin asal bahagia" padahal sangat mungkin terjadi harmoni "kaya dan bahagia" ?
Yahudi yang jumlah pemeluknya hanya 15 juta, adalah ruler community. Dunia ini taat di kakinya, terlepas baik-buruk ulah dan upayanya. Terlepas umat lain jadi korban dan babak belur karenanya.
Bayangkan jika penguasaan atas amanat kekayaan di muka bumi ini ada di tangan 1,5 Milyar muslim yang sholeh dan amanah, betapa makmur dan sejahteranya bumi ini jadinya.
Terakhir, kita juga perlu menyadari bahwa Allah melebihkan sebagian hamba-hamba-Nya atas sebagian yang lain dalam hal rizki, sebagai ujian masing-masing. Seperti pada firman-Nya di Surat Az-Zukhruf 32 dan Al-‘Ankabut 62, Allah menguji orang yang diberi-Nya keluasan rizki, bagaimana dia bersyukur. Sebagaimana Allah juga menguji hamba yang memiliki keterbatasan rizki, bagaimana mereka bersabar.
Sesungguhnya elok nian bagaimana Islam mengajarkan kita untuk memilih sikap terbaik dalam berbagai situasi.
Islam meminta kita berprinsip, agar kaya sekaligus dermawan atau miskin dengan harga diri.
Islam juga mengajarkan agar kita menjamu kemiskinan dengan sabar, dan mempertemukan kaya dengan syukur.
Baik pula jika kita berdoa a la Umar ibn Khattab, yang kutipannya menjadi judul tulisan ini : “Ya Allah, janganlah Engkau memperbanyak kepadaku dari dunia ini lalu aku melampaui batas, dan janganlah Engkau mempersedikit kepadaku darinya hingga aku lupa. Karena sesungguhnya sesuatu yang sedikit dan mencukupi lebih baik daripada yang banyak namun melalaikan.”
Allahua’lam
Minggu, 16 Mei 2010
YES, I (SHOULD BE) PROUD TO BE A MUSLIM
Rekan saya memeluk Islam setelah dia melakukan riset untuk gelar S-2 nya di bidang kimia. Selama riset ia dibuat terheran-heran melihat kromosom dari ekstrak berbagai obat herbal yang ditelitinya selalu terlihat dalam posisi sujud menghadap kiblat. Sebaliknya, ekstrak obat kimiawi selalu membelakanginya. Selama riset kemana-mana dia harus bawa kompas sholat. Pengalaman ruhani selama riset itulah yang ternyata jadi gerbang pintu hidayah.
Muallaf-nya rekan saya itu ke dalam Islam seolah menegaskan ungkapan “orang masuk Islam karena perut ke atas (tercerahkan pikiran dan terbuka hatinya karena ilmu pengetahuan), sementara orang murtadz / meninggalkan Islam karena perut ke bawah (lapar karena miskin dan pernikahan lintas agama)”
Hebatnya, riset utk mendapatkan gelarnya itupun dibiayai sebuah perusahaan farmasi dari Jerman. Rupanya, di Eropa berbagai obat sudah menggunakan bahan dasar herbal. Termasuk pil kontrasepsi.
Di Inggris, sekarang juga lumrah seorang pasien bertanya kepada dokternya setelah perawatan : obat herbal apa yang perlu saya konsumsi selama rawat jalan ?
Pindah ke rokok. Lima belas tahun lalu, negara-negara barat sudah melarang iklan yang vulgar menampilkan rokok. Tak hanya pose orang merokok, logo dan nama perusahaan rokok yang jadi sponsor sebuah kegiatan olahraga pun harus disamarkan. Smoking room juga makin dibatasi jumlahnya. Para perokok disingkirkan sebagaimana orang sakit pembawa virus dikarantina. Di barat jamak pula rokok dibuat sangat mahal, 4-5 kali lipat harga rokok disini. Jika ketahuan menjual rokok untuk remaja bawah 17 th, penjual dan pembeli dihukum berat dan toko itu kehilangan lisensi untuk berjualan.
Demikian juga di bidang ekonomi. Kesadaran kembali ke sistem Islam terus meluas gemanya di negara-negara barat. Prinsip-prinsip moral dan etika yang terkandung dalam Islam diajarkan ulang, bukan sekedar Quality Management yg berbasis ilmu duniawi. Bahkan disana bank syariah disebut sebagai Islamic Bank. Lebih tegas dan jelas.
Semua berkebalikan dengan Indonesia.
Di negeri ini, kita dipaksa menghirup udara yang berat karena mengandung residu peradaban. Sebagian besar aktivitas keseharian kita adalah import mentah-mentah budaya barat. Sebagiannya lagi dicangkokkan ke dalam batang kesadaran kita diam-diam, ke dalam individu maupun sistem.
Industri farmasi masuk ke negeri ini dan berkuasa dengan gagah perkasa. Sebuah riset menunjukkan omzet globalnya tak kalah dengan industri senjata. Kita konsumsi zat-zat kimiawi yang belum tentu bersahabat dengan tubuh manusia. Jerry D. Gray pernah mengungkapkan sebuah fakta, bahwa vaksin polio masuk ke Papua melalui sebuah lembaga dunia dan lalu jadi pemicu kasus HIV disana. Dengan berbagai cara, zat-zat berbahaya ini telah masuk hingga ke perut-perut bayi negeri ini, layaknya senjata biologis.
Di Indonesia, rokok dan perokok bebas merdeka. Kata Taufik Ismail, Indonesia adalah surga perokok. Bahkan rokok jadi jelmaan tuhan baru, tuhan sembilan senti karena dipuja dan kita dibuat menghamba. Industri musik disokong rokok. Rapat RT – RW disponsori rokok. Bahkan industri olahraga yang sehat harus dikotori peran industry rokok.
Di barat perokok dicela-cela, dan jadi pahlawan pemasukan pajak negara. Diseminarkan karena khawatir dampaknya ke penurunan pemasukan pajak dan potensi jumlah pengangguran. Diperdebatkan halal-haramnya. Seorang calon menteri bahkan diisukan harus minggir karena dari awal ia berniat mengetatkan UU tentang rokok. Sebagian lagi yang mengatakan “makan apa nanti para pedagang asongan, buruh pabrik, dan petani tembakau” telah jatuh syirik karena meragukan Allah Yang Maha Memiliki Rizki bisa membuka berbagai pintu rizki lainnya bagi mereka.
Tak habis pikir, seorang bapak yang sudah pasti rusak paru-parunya karena merokok dari remaja, bisa dengan dzalimnya menghisap satu per satu batang rokok setiap jam yang nilainya seribu, sementara istri di sebelahnya repot berjualan bakso dengan keuntungan 1.500 per mangkuknya.
Perokok berat yang menghabiskan 2 pak rokok impor sehari bahkan bilang tak mampu berqurban setiap Iedul Adha. Padahal uang yang dibakarnya, jika ditabung setahun sudah cukup untuk 2 ekor kambing tipe B atau 2/7 ekor sapi.
Ekonomi Islam di sini berjalan tertatih-tatih, diperdebatkan status ribanya : halal, subhat atau haram. Kendali bank syariah dikekang undang-undang oleh bank pusat yang jelas ribawi. Bahkan, ‘diperhalus’ labelnya : BANK SYARIAH, bukan BANK ISLAM. Dana yang dikelola bank syariah di Indonesia, negeri dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, kalah jauh dibanding Malaysia yang jumlah penduduknya sepersepuluh.
Dinar juga diragukan bisa ‘comeback’ dan terus dikebiri. Padahal nash dalam Quran, hadits dan praktek ekonomi mulai jaman Khulafaur Rasyidin hingga khalifah-khalifah sesudahnya, bahkan pandangan para ilmuwan dan ulama Islam yang muncul belakangan, semuanya mengarah bahwa penggunaan Dinar adalah bagian dari aspek moneter dalam Islam yang membawa kesejahteraan. Hampir semua fiqih muamalah yang menyangkut ekonomi, termasuk hitung kekayaan, gaji dan zakat, satuannya dalam Dinar dan Dirham. Bersama zakat-infaq-shadaqoh dan bergeraknya sector riil, penggunaan Dinar dan Dirham adalah pelengkap tegaknya ekonomi yang adil.
Umar ibn Khattab RA, dalam bab kaidah konsumsi pada fikih ekonominya, meminta umat Islam hidup sederahana dan melarang untuk “mengikuti dan meniru pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat kafir” karena hal ini tidak saja membawa dampak buruk pada bidang ekonomi semata, melainkan juga pada akidah, akhlaq dan sosial.
Sesungguhnya umat Islam tidak mungkin mengetahui jalan kemandiriannya dan melepaskan belenggu taklid yang melilitnya, selama mereka membangun pola hidup seperti barat.
Apa yang terjadi saat ini sebetulnya lebih parah impaknya dibanding apa yang dikhawatirkan Umar RA. Sebabnya karena di satu sisi kita sibuk meniru barat lalu kita hancur karenanya, di sisi lain mereka justru ‘mencuri’ dan mengaplikasikan pengetahuan terbaik yang Islam miliki hingga mereka makin kuat dan kokoh.
Kapan kita insyaf dan bangkit, dan bangga mengaku diri kita muslim, kemudian berhenti menjadi objek yang terus-menerus menderita ?
Allahua’lam
Minggu, 09 Mei 2010
CARI UANG APA CARI UNTUNG ?
Saat menabung di bank, Anda pasti ditawari dua hal : bunga (atau bagi hasil) dan hadiah. Banyak ragam dan tinggi nilainya, seperti perhiasan, mobil dan motor. Hadiah diundi diantara penabung.
Sementara dalam Islam, kita tidak dianjurkan menimbun harta dalam jumlah di luar keperluan yang sewajarnya. Kita didorong untuk memutar harta kita agar berkembang dan bermanfaat bagi masyarakat secara luas.
Saat sosialisasi Dinar saya sering ditanya : bukankah memiliki Dinar berarti kita juga menimbun harta ? Saya telah menjawab hal ini secara lengkap dalam sebuah artikel beberapa saat lalu, yang intinya bahwa menabung Dinar secukupnya untuk menafkahi kebutuhan di masa mendatang justru dianjurkan melalui nash di hadits dan ayat.
Pertanyaan serupa sebetulnya bisa diajukan kepada para penabung (uang kertas) yang memiliki dana hingga ratusan juta bahkan milyaran dalam bentuk tabungan maupun deposito di bank. Perilaku seperti ini sebetulnya telah melemahkan ekonomi di satu sisi, juga merugikan diri di lain sisi.
Bagaimana penjelasannya ?
Sejak pembatalan sepihak Amerika terhadap perjanjian Bretton Woods pada tahun 1971 yang menyebabkan nilai mata uang tak lagi terikat dengan emas, ekonomi dunia ini makin ganjil ketika pada 1986 dikembangkan berbagai produk derivative di Wall Street, yang melepaskan keterkaitan sector moneter dan sector riil.
Sejak saat itu, sector moneter telah berkembang demikian cepat melampau batas-batas negara. Hal ini dipermudah karena teori ekonomi konvensional telah rancu mencampuradukkan antara istilah UANG (money) dan MODAL (capital).
Konsep yang tercampur aduk ini yang kemudian membuat ada banyak perusahaan yang membesar karena dagang uang tanpa berjualan dan mendapat untung dari komoditas atau produk. Sebagian besar nama-nama perusahaan itu telah tumbang seiring terjadinya krisis, termasuk krisis 2009 yang baru lalu. Mereka termakan ulahnya sendiri.
Bahkan kemampuan dalam melakukan ‘financial engineering’ adalah salah satu kompetensi yang dipersyaratkan perusahaan ketika mencari seorang CEO. Mereka tak mencari orang yang pandai dan berbakat dalam mencari keuntungan melalui upaya bisnis riil. Yang dicari adalah orang yang pandai cari uang, bukan cari untung. Karena uang yang didapatnya itu yang kemudian diputarnya untuk mendapatkan untung. Uang yang jadi komoditas. Sesuatu yang haram dalam Islam.
Dalam Islam, tegas dan jelas dibedakan antara uang dan modal. Uang adalah flow concept, semakin cepat uang berputar akan semakin baik tingkat ekonomi. Sementara modal adalah stock concept. Kebalikan dari system konvensional yang memberikan bunga atas modal, Islam malah menjadikan modal sebagai objek zakat.
Juga, dalam Islam uang adalah barang publik, sementara modal/capital adalah barang pribadi. Karenanya penimbunan uang (ditabung banyak-banyak, disimpan tak berputar, diam tak produktif), berarti mengurangi jumlah uang beredar. Semisal aliran darah yang mengendap dan membuat lesu tubuh.
Sementara, modal adalah milik pribadi. Logikanya, modal harus diproduktifkan. Bagi yang tak bisa memproduktifkannya, Islam menganjurkan untuk melakukan musyarakah atau mudharabah, yaitu bisnis dengan bagi hasil. Dan bisnisnya adalah sector riil. Jika tak bisa, lakukan qard, pinjamkan capital tanpa imbalan / bagi hasil. Pinjamkan 1 juta, dikembalikan 1 juta dalam tempo tertentu. Atau pinjamkan 2 Dinar, dikembalikan 2 Dinar. Dinar lebih adil karena nilainya tetap. Jika uang kertas, 1 juta dikembalikan 1 juta sebetulnya mendzalimi peminjam, karena inflasi telah menggerogoti nilainya, apalagi jika tempo waktunya lebih dari 1 tahun.
Bagaimana jika modal kita diam saja ? Kena zakat atasnya.
Meski masih dalam bayang-bayang regulasi bank sentral, inilah sisi lain mengapa selain menghindari riba, kita lebih dianjurkan, bahkan diwajibkan meletakkan dana yang secukupnya tadi di bank syariah, karena bank syariah lebih jelas pemanfaatan dananya yaitu digunakan seoptimal mungkin untuk pembiayaan sector riil. Bukan dimainkan dan diputar di sector keuangan sebagaimana bank konvensional.
Lalu apakah ini yang terbaik ?
Seandainya bisa memilih, tabungan bukan dalam uang kertas lah pilihannya. Inflasi akan menjadi momok yang terus menghantui nilai tabungan kita. Tingkat hasilnya tak mampu menumbangkan tingkat inflasi. Kami tetap menganjurkan Dinar, pelindung nilai harta hasil jerih payah kita.
Inilah yang kami maksud bahwa menabung secara berlebihan, telah melemahkan ekonomi di satu sisi karena menyebabkan mandegnya ekonomi, juga merugikan diri di lain sisi karena mengikis nilai harta kita.
Sebagai ultimate target, tentu lebih besar lagi impact-nya jika kita menggunakan Dinar juga sebagai pembiayaan usaha, dan sebagai alat transaksi.
Insha Allah, dengan kesadaran yang terus kita bangun, kita semua menuju kesana.
Minggu, 02 Mei 2010
ZAKATI - GAME ISLAMI YANG SERU DAN BERMUTU
“ZAKATI -- Game yang layak ada di setiap rumah keluarga muslim.”
Game terdahulu yg mengajarkan KAYALAH dg MEMONOPOLI ASSET dan MEMISKINKAN YG LAIN itu sudah ketinggalan jaman dan kering dari nilai2 agama.
DALAM GAME INI, SIAPA YANG PALING BANYAK ZAKAT, INFAQ dan SHADAQOHNYA, DIALAH MUSLIM YANG UNGGUL !!
ZAKATI, permainan yang membangkitkan potensi duniawi sekaligus ukhrawi sebagai orientasi : di satu sisi mengajarkan di bahwa setiap muslim harus berusaha kaya dan menggenggam dunia di tangannya, di satu sisi mengajarkan bahwa kaya hanyalah sarana, dan zakat-infaq-shadaqoh adalah harta hakikinya.
Fakta yang terjadi ketika bermain zakati :
1. Otomatis melatih hafalan judul dan no urut surat dalam Al-Quran
2. Anak terlatih memperkuat insting bisnis dari dini sekali, termasuk mengenalkan sektor bisnis yg bisa dikuasai spt : energi, teknologi telekomunikasi, agri, trading, media, dan kimia
3. Anak terlatih mengelola harta dan mengembangkannya
4. Anak terlatih mendisplinkan diri berzakat, infaq dan shadaqah, suatu perintah yg sama wajibnya dg perintah sholat
5. Anak mengenal Dinar Islam, mata uang asli Islam yg kebal penyakit inflasi dan depresiasi
Ummi, Abi dan ananda, bermainlah bersama !
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
*) Harga Jabotabek Rp 125.000 (atau tetap senilai 1/12 Harga Dinar).
**) Yang berminat hubungi kami melalui email : info.salmadinar@gmail.com atau YM : endy.kurniawan@yahoo.com, atau PIN BBM : 20D76446
Langganan:
Postingan (Atom)