Salma Dinar adalah distributor Dinar, Dirham dan Emas batangan produksi ANTAM. Hubungi kami & SentraDinar untuk mengikuti PROGRAM KHUSUS CICIL DINAR & EMAS BATANGAN - FLAT RATE, KERJASAMA DENGAN BANK SYARIAH MANDIRI
GOLD PRICE IS IN YOUR HAND!!
Unduh gratis aplikasi pemantau harga emas kami, untuk pengguna BlackBerry klik http://www.salmadinar.com/ota dan pengguna Android klik http://www.salmadinar.com/android langsung dari device Anda
24hr Gold Dinar Chart
Minggu, 28 Februari 2010
HAI DIRHAM, APA KABARMU ?
Mungkin kita sibuk memperbincangkan Dinar emas, sehingga kita sedikit melupakan keberadaan Dirham perak. Dan memang tak dipungkiri bahwa istilah ‘logam mulia/precious metal’ identik dengan emas. Begitupun dengan pandangan masyarakat kita bahwa untuk investasi / menabung, emas, dalam berbagai bentuknya (batangan, dinar/koin, dan perhiasan), masih menjadi pilihan pertama dan utama.
Padahal kita tahu, dalam beberapa hal, Dirham tak kalah ‘sakti’. Bahkan jika kita meniatkan untuk menegakkan muamalah yang ‘nyunnah’, Dirham adalah pilihan paling praktis. Untuk berbagai keperluan transaksi dengan nilai tak besar, seperti untuk kebutuhan bahan pokok sehari-hari, Dirham adalah pilihannya.
Dalam berbagai literatur sejarah Islam, Dirham sebenarnya malah lebih mudah ditemui, baik awal pembuatan, standarisasinya, hingga penggunaannya. Sebagaimana kita ketahui, emas dan perak dalam bentuk tibr (belum dicetak sebagai uang, artinya belum terstandarisasi), dengan beberapa alasan diantaranya kemampuan penambangan dan pencetakan logam mulia yang masih rendah, telah lazim digunakan pada jaman Rasulullah SAW masih hidup. Baru pada jaman Umar Ibn Khattab, Dinar dan Dirham yang distandarisasi, dicetak dan umum digunakan.
Al-Maqrizi mengatakan, “Maka ketika Umar bin Al-Khattab RA menjabat sebagai khalifah, dia menetapkan uang pada kondisinya semula dan tidak terjadi perubahan sesuatu pun padanya, hingga tahun 18 H. Dalam tahun keenam kekhalifahannya, maka Umar RA mencetak dirham a la ukiran Kisra (Persia) dan dengan bentuk yang sama. Hanya saja dia menambahkan dalam sebagiannya dengan kata “Alhamdulillah”, dalam sebagian yang lain dengan kata “Rasulullah”, dan pada yang lain lagi dengan kata “Lailaaha illallah”, sedangkan gambarnya adalah gambar raja Kisra, bukan gambar Umar.”
Nilai Dirham terhadap Dinar sendiri yang berlaku pada jaman Rasulullah SAW adalah 1 : 10 (1 Dinar sama dengan 10 Dirham). Rasio ini didasarkan pada 2 hadits Raasulullah SAW yang diriwayatkan Ahmad, Abu Daud dan Baiqahi serta Ash-Habus Sunan.
Pada jaman Umar ibn Khattab, pernah tercatat rasionya adalah 1 : 12. Belakangan, dikisahkan pada jaman Ibnu Faqih (298 H) nilai Dinar : Dirham stabil pada 1 : 15. Yang mengejutkan, ternyata seribu tahun kemudian, kurs 1 : 15 ini juga berlaku di Amerika pada 1792 – 1834 Masehi.
Saat ini, dikarenakan problem pada produksi (perak adalah hasil sampingan dari produksi emas, tembaga, seng dan timbal), dan distribusi/alokasi (perak lebih dominan untuk kebutuhan industry), maka rasio Dinar terhadap Dirham menjadi tak wajar, yakni 1 : 43 (saat ini Dinar Rp 1.430.000 dan Dirham sekitar Rp 33.000).
Dampak langsung yang dirasakan oleh konsumen adalah harga yang tidak normal. Untuk memiliki 1 keping Dirham, harga yang harus kita bayar adalah Rp 33.000 (harga fisik) + Rp 20.000 (ongkos produksi) = Rp 53.000. Sementara jika satuan 5 (khomsa) Dirham, kita terbebas dari ongkos produksi. Artinya riil yang perlu dibayar adalah Rp 33.000 x 5 = Rp 165.000.
Terlepas dari kondisi yang belum ‘seharusnya’ untuk Dirham saat ini, sesungguhnya tersedia ruang untuk mendorong situasi menjadi ideal, bahkan optimisme. Mengapa dan melalui apa ?
1. Penggunaan Dirham dalam transaksi.
Penggunaan Dirham bisa kita mulai sekarang juga karena banyak sekali jenis transaksi sehari-hari yang justru lebih cocok menggunakan Dirham sebagai alat tukar. Jika kita harus membayar terlalu mahal untuk satuan 1 Dirham, maka bisa digantikan satuan 5 (khomsa) Dirham, dengan konsekuensi kuantitas barangnya di-upsizing.
Dalam praktek yang kami jalani, satuan khomsa Dirham cocok untuk membayar jasa maintenance dan setup pekerjaan web development sederhana, jasa desain media promosi, paket buku Islami, perlengkapan sholat (seperti mukena dan sajadah), pernak-pernik fashion, set baju muslimah (atasan dan jilbab), paket makanan siap saji, dan lainnya.
Dirham juga sarana menabung yang ringan dan praktis, jika kemampuan ekonomi kita tak mampu menabung hingga 1 Dinar per bulan, maka cukuplah 1 hinga 2 khomsa Dirham per bulan. Ketika mencukupi kira-kira 10 khomsa Dirham, agen Dinar bisa menerima konversinya untuk dijadikan 1 Dinar melalui proses jual-beli.
Sekelompok rekan bahkan menabung Dirham dengan cara lain, yakni arisan. Selain nilainya tak terasa dan dibungkus dalam silaturahim dan ta’awun, dalam setahun setiap muslim akan bisa mendapatkan 1,5 Dinar.
Mendorong terjadinya aktivitas jual-beli menggunakan Dirham berarti mendorong meningkatnya permintaan. Ini berarti akan mendorong nilai Dirham kembali ke kurs yang seharusnya terhadap Dinar, yakni 1 : 10 s.d 1 : 15.
2. Optimisme melesatnya nilai perak
Banyak tulisan dan prediksi yang memperkirakan perak akan berjalan di ‘track yang seharusnya’ pada tahun ini dan tahun mendatang. Satu contoh, Reuters yang menuliskan di laporan ekonomi pada akhir tahun 2009 bahwa perak akan naik sebesar 34%. Selain itu, pada buku “Buy Gold Now”, chapter 19 yang berjudul ‘Why Silver Might Rise More Than Gold”, terdapat beberapa alasan logic mengapa nilai perak akan melesat. Diantaranya adalah meningkatnya permintaan yang tak dibarengi kemampuan perusahaan mining meningkatkan kapasitas produksinya, serta hukum yang jelas bahwa harga komoditas akan terus berjalan beriringan, termasuk antara emas, perak dan minyak. Tinggal menunggu waktunya.
Dengan demikian, jika sebelumnya kita telah memilih Dinar untuk penyimpan dan penyelamat harta kita, sambil sedikit demi sedikit menggunakannya untuk alat transaksi, saat ini kita bisa mulai memperlakukan Dirham serupa itu.
Wallahua'lam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Comment