Salma Dinar adalah distributor Dinar, Dirham dan Emas batangan produksi ANTAM. Hubungi kami & SentraDinar untuk mengikuti PROGRAM KHUSUS CICIL DINAR & EMAS BATANGAN - FLAT RATE, KERJASAMA DENGAN BANK SYARIAH MANDIRI
GOLD PRICE IS IN YOUR HAND!!
Unduh gratis aplikasi pemantau harga emas kami, untuk pengguna BlackBerry klik http://www.salmadinar.com/ota dan pengguna Android klik http://www.salmadinar.com/android langsung dari device Anda
24hr Gold Dinar Chart
Minggu, 18 Juli 2010
KONSUMSI BOLEH. HUTANG JANGAN.
Written by Endy Junaedy Kurniawan
“Butuh dana cepat dan tidak ribet? Kredit tanpa agunan 5 – 150 juta. Syarat ringan : KTP dan Slip Gaji. Hubungi saya di nomor x81xxxxxxxxxxx. Konsultan keuangan Anda dari Bank xxxx”
Apakah ada yang bernasib seperti saya ? Bombardir ‘ajakan utang’ ini luar biasa, mendatangi kita siang-malam. Jika Anda ke luar negeri selama 15 hari tanpa mematikan HP atau mengganti nomor, balik ke tanah air bisa jadi harus membayar setengah juta rupiah hanya untuk incoming SMS yang datang tanpa Anda mau, tanpa Anda bisa kendalikan.
Tak sampai 3 jam saya menulis artikel ini, SMS penawaran yang sama namun dari sumber berbeda, telah datang 2 kali.
Meskipun pihak bank sah-sah saja melakukan penawaran seperti ini, apakah situasi ini sehat?
Terlepas pula bahwa tarif SMS memang terus turun dan banyak berdiri perusahaan penyedia konten SMS Broadcast sehingga cara ini jadi pilihan utama bank untuk menjajakan pinjaman saat ini, apakah pertahanan iman inidividu untuk tidak berhutang tak kan goyah dengan ‘godaan’ ini ?
Berbeda dengan individu seperti kita ini atau organisasi non-bank, bank tidak mendapatkan untung dari dana parkir yang nasabah tabung atau depositokan di dalamnya. Selain mendapatkan untung dari fee yang harus kita bayar sebagai biaya administrasi simpanan, kita juga harus memahami bahwa bank mendapatkan untung dari selisih uang masuk dan uang yang dikeluarkannya. Sehingga di situasi krisis dimana iklim bisnis atau investasi tak menarik dan masyarakat cenderung menabung, bank kebanjiran dana dan ini bisa berarti negatif. Untuk itu bunga diturunkan untuk ‘mengusir’ pergi dana masyarakat. Atau, mengguyur masyarakat dengan berbagai tawaran kredit, ini artinya kesempatan bank untuk mencari ‘selisih’ bunga simpanan dan bunga pinjaman.
Itu bicara motif pinjaman.
Lalu seberapa mampu kita bertahan dengan godaan hutang dalam bentuk SMS, email, brosur dan telpon itu?
Kita akan kaitkan ini dengan tulisan terbaru (Ahad, 18 Juli 2010) pak Iqbal Muhaimin di www.geraidinar.com yang berjudul Kurangi Konsumsi, Tingkatkan Investasi, Produksi dan Partisipasi.
Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar adalah modal yang harus kita syukuri. Karena jumlah penduduk yang sangat besar ini, tahun lalu ketika ekonomi negara-negara maju tumbang gara-gara krisis, negara-negara gemuk seperti Cina, India dan Indonesia menikmati hal sebaliknya. Jumlah penduduk yang besar terus membuat bergerak perekenomian, terutama karena konsumsi. Indonesia tanpa ‘ngapa-ngapain’ tahun lalu pun, pertumbuhan ekonominya positif.
Masih saya kutip dari artikel pak Iqbal : Dalam wawancara dengan kantor berita Antara pekan lalu (9/07/2010) Menteri Keuangan kita menyatakan bahwa kegiatan konsumsi merupakan penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia semester pertama tahun ini, "Tentu yang paling besar adalah dari konsumsi, dan itu masih terus dominan menggerakkan pertumbuhan kita," katanya. Situasi ini tidak berubah dari tahun sebelumnya dimana pertumbuhan ekonomi kita juga didorong oleh konsumsi.
Baik. Tingkat konsumsi masyarakat kita boleh jadi juga harus kita syukuri. Dengan konsumsi seperti ini, produksi menemukan pasarnya sehingga terus tumbuh. Ekonomi bergerak. Tapi tak cukup dengan konsumsi. Cina dan India adalah dua negara dengan pertumbuhan produksi dan konsumsi sama baiknya. Produksi tumbuh, pasar domestiknya besar. Fundamental ekonomi mereka bangun dengan kecepatan fantastis, tak menunggu waktu lama, bahkan saat ini, mereka telah menjadi pemain utama ekonomi dunia.
Sementara Indonesia saat ini harus rela jadi target pasar. Kita menjadi konsumen untuk produk yang belum tentu milik bangsa Indonesia sendiri. Investasi dan produk asing begitu deras masuk, diserap masyarakat kita yang ratusan juta jumlahnya.
Di tingkat pribadi, kita harus makin waspada. Dengan segala kemudahan berbelanja yang produsen ciptakan, ditambah bank dan lembaga keuangan menjajakan godaan manisnya berhutang, jangan sampai kita terperosok. Disiplin diri untuk mengendalikan pengeluaran adalah kuncinya. Jika harus mengeluarkan uang untuk konsumsi, boleh tapi tak berhutang. Agar tak berhutang, kendalikan nafsu dan sederhanakan kebutuhan. Atau, tambah penghasilan dengan bekerja lebih keras, investasi, usaha sampingan ditambah sedekah.
Di masyarakat, kita lihat orang berutang karena memang ia tidak memiliki apa-apa lagi untuk bertahan hidup. Tapi tidak sedikit yang berutang hanya karena ingin memenuhi gaya hidup yang sebetulnya tidak ia perlukan. Hanya sedikit orang berutang untuk keperluan investasi atau tujuan produktif. Jadi kalo bisanya hanya ngutang, jangan konsumtif. Atau kalau mau konsumtif, jangan mendapatkan dananya dari hutang.
Tak perlu ikut-ikutan ‘demen’ ngutang sebagaimana negeri kita. Tahun lalu utang Indonesia sekitar Rp 1.320 Trilyun. Kalau dibagi rata, masing-masing kepala kebagian utang sekitar Rp 5,280,000.
Untuk menguatkan, di ujung tulisan ini ada 2 hal yang bisa kita gunakan sebagai pijakan :
- Muslim didorong tak berhutang, karena selain menghancurkan harga diri dan melemahkan ibadah, belitan hutang adalah pintu menuju kemiskinan. Bahkan dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, seandainya seseorang mati syahid di jalan Allah lalu dihidupkan, lalu terbunuh dan dihidupkan lagi, lalu mati syahid dan ia masih punya hutang, maka ia tidak akan masuk surga hingga dilunasi hutangnya.”
Rasulullah SAW mengajarkan doa harian agar kita terhindari dari kemiskinan dan hutang, yang berbunyi : “Allahumma inni 'audzubika minal hammi wal hazan, wa a'udzubika minal ajsi wal kasal, wa a'udzubika minal jubni wal bughl, wa a'udzubika min gholabatiddaini wa kohrirrijal” (Ya Allah aku berlindung kepada Mu dari rasa gelisah dan sedih dan aku berlindung kepada Mu dari rasa lemah dan malas dan aku berlindung kepada Mu dari sifat pengecut dan kikir dan aku berlindung kepada Mu dari belitan hutang dan penindasan orang)
- Melangkah menjadi investor, dan pelaku ekonomi yang membawa kebaikan. Muslim telah diajarkan berpandangan jauh ke depan dari awal. Janji tentang surga dan ancaman neraka adalah prinsip investasi yang sesungguhnya. Apa yang kita tanam dengan baik berupa amal dalam bentuk keringat maupun harta sekarang, dijanjikan balasan baik pula nantinya. Bahkan berlipat-lipat.
Dalam tataran pribadi, umat mana yang lebih VISIONER dibanding kita umat Muslim? Yang melakukan suatu amal saat ini dengan berharap ganjaran yang tidak dilihatnya – namun diyakininya yaitu surga dan neraka.
Wallahua’lam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Comment