Salma Dinar adalah distributor Dinar, Dirham dan Emas batangan produksi ANTAM. Hubungi kami & SentraDinar untuk mengikuti PROGRAM KHUSUS CICIL DINAR & EMAS BATANGAN - FLAT RATE, KERJASAMA DENGAN BANK SYARIAH MANDIRI
GOLD PRICE IS IN YOUR HAND!!
Unduh gratis aplikasi pemantau harga emas kami, untuk pengguna BlackBerry klik http://www.salmadinar.com/ota dan pengguna Android klik http://www.salmadinar.com/android langsung dari device Anda
24hr Gold Dinar Chart
Minggu, 01 Agustus 2010
RAMADHAN, INVESTASI DAN “METOO”-ISM
Written by : Endy Junaedy Kurniawan
Menjelang dan saat Ramadhan, berbagai ritual tahunan dilakukan masyarakat. Tak semuanya sesuai yang dicontohkan, beberapa diantaranya malah bertentangan dengan makna dan nilai esensial yang diajarkan dalam Ramadhan sendiri. Jujur saja, sebagian dari kita mungkin bagian dari pelakunya.
Aktivitas itu sering terlalu banyak menyita energi sehingga kita terlalaikan dari aktivitas-aktivitas yang dianjurkan untuk meraih derajat taqwa yang sejatinya adalah outcome bulan Ramadhan. Sementara kita dituntut bersiap, dan melakukan banyak ibadah selama Ramadhan, fokus kita terbelah.
Biasanya menjelang Ramadhan seperti sekarang ini acara makan bersama kerap diadakan. Alasannya “sebulan penuh nanti tak ada makan bersama”, padahal sepanjang Ramadhan undangan buka bersama biasanya datang bertubi-tubi. Lagipula, menuju Ramadhan bukankah sebaiknya mengurangi makan agar tubuh lebih terkondisi berlapar-lapar nanti.
Selama Ramadhan pengeluaran juga berlipat 1,5 - 2 kali lipat biasanya, untuk mendanai makan mewah saat sahur, terlebih saat berbuka. Sementara contoh yang Rasulullah SAW pertunjukkan adalah mengurangi makan. Hadits yang menunjukkan bahwa beliau “berbuka dengan tiga butir kurma” itu satu-satunya referensi kita untuk tahu bagaimana beliau ketika berbuka. Tidak ada yang lain. Betapa sederhananya. Beliau sebetulnya bisa makan apa saja, tapi selama Ramadhan menyengaja menguranginya. He did it by choice. Tiga butir kurma tanpa tambahan kolak, nasi dan gulai plus buah dan es campur seperti kita biasanya.
Makin dekat lebaran, kita habiskan berjam-jam di pusat pertokoan untuk membeli baju baru dan kebutuhan pokok untuk sebuah pesta di awal Syawal. Sementara yang dianjurkan adalah membeli segala keperluan justru sebelum Ramadhan tiba. Selain harga tak sedang naik dan menghilangkan nafsu belanja yang impulsif, bukankah saat-saat selama Ramadhan adalah waktu yang sangat berharga untuk segala jenis ibadah, sehingga rugi jika harus mensia-siakannya ? Makin dekat lebaran, makin tak boleh tersia-sia.
Rencana mudik juga telah disusun jauh hari, persiapan rute, bekal harta, rencana penginapan dan lokasi tujuan wisata sebagai ikutan. Antara malam ke-23 hingga malam takbir, jutaan manusia terkatung-katung dalam kemacetan arus mudik, tercecer di terminal dan pelabuhan dalam antrian panjang, justru di malam-malam akhir Ramadhan yang tinggi nilainya. Padahal alasan utama untuk mudik dan bermaafan dengan orang tua dan sanak saudara di kampung halaman cukup digantikan waktunya di awal Ramadhan. Sunnah memasuki Ramadhan adalah melunturkan dosa, diantaranya dengan bermaafan dengan sesama, sehingga masuk Ramadhan kita dalam hati bersih suci. Di akhir Ramadhan, cukuplah energi dan perhatian kita untuk beri’tikaf dan meraih lailatul qadar.
Seandainya kita coba belajar untuk melihat contoh generasi awal Islam dan luangkan waktu untuk kuasai ilmunya, maka kita tak akan sekedar ikut-ikutan menjalani ritual. Setiap waktu menyediakan amal terbaiknya, afdholu ‘amal. Silaturahim baik, berpesta dan menjamu keluarga juga sah-sah saja, namun dalam waktu dan tempat yang sesuai untuknya. Demikian juga saat Ramadhan ada amal terbaik yang Allah pilih dan tetapkan.
Isme ikut-ikutan, atau "metoo"-ism, juga terjadi dalam investasi. Ketika Dinar emas mencapai harga tertingginya November - Desember 2009 lalu, ketika itu permintaan dalam negeri meningkat tinggi. Semua orang berbondong-bondong masuk ke emas, tak mau ketinggalan. Padahal ‘driver’ melonjaknya harga emas ada di Amerika dan Eropa. Kami mencatat permintaan Dinar saat itu tertinggi semenjak 2007.
Sebaliknya, saat ini, ketika harga Dinar emas ada di titik terendahnya, semua orang terdiam membisu dan menunggu.
Padahal jika kita kuasai dengan baik ilmu dan tabiat emas, maka kita bisa ambil benang merahnya :
1. Trend tahunan harga Dinar naik (jika dinilai dengan uang kertas) minimal 25% per tahun, meski dalam jangka waktu pendek bisa naik-turun, dan
2. Investasi terbaik adalah ketika permintaan sedang rendah yang artinya harga emas sedang turun.
Maka justru saat inilah waktu yang tepat kita berinvestasi. Meski, justru karena return yang stabil 25% itu, maka secara umum tak ada kata tepat maupun salah saat berinvestasi dalam Dinar emas. Karena nilai investasi kita tetap bertumbuh dalam jangka panjang, dan tak ada kata rugi.
Metoo-ism adalah berpikir sebagaimana orang lain berpikir. Anti metoo-ism adalah berpikir berlawanan, dengan menguasai knowledge-nya. Menjadi unik dan idealis itu perlu dalam mengambil keputusan asalkan dalam koridor kebaikan dan kebenaran. Landasan setiap tindakan kita adalah ilmu, yang didapat dari pembelajaran dan kisah terdahulu yang bisa jadi teladan.
Dalam kaitan Ramadhan, penguasaan akan ilmu akan membuat kita melakukan hal yang tak pada umumnya orang lakukan, sehingga kita bisa jalani Ramadhan lebih optimal, lebih bisa mencapai target ibadah, lebih bisa mengelola harta agar barakah. Ruhiyah terjadi peningkatan, alokasi berlebih untuk konsumsi bisa dialokasikan untuk shadaqoh, infaq dan ifthar, tekun ketika malam-malam akhir, akan membuat kita lebih dekat ke pencapaian taqwa.
Dalam kaitan investasi, kita bisa lebih arif mengambil keputusan. Di saat orang meninggalkan emas, justru kita masuk berinvestasi. Selain itu, bagi yang telah berinvestasi dalam Dinar emas, bisa ‘tenang’ karena tahu bahwa turunnya harga adalah riak-riak kecil dan terjadi sementara.
Wallahua’lam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Comment